Jakarta (ANTARA) - Galeri Nasional Indonesia, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi menggelar “Pameran Hasil Lokakarya Kurasi Kurator Muda 2021: B. Resobowo” pada 22 Oktober-5 November 2021.

Pameran ini merupakan bagian dari rangkaian program Lokakarya Kuratorial Galeri Nasional Indonesia 2021: Kurasi Kurator Muda.

“Pameran Basuki Resobowo mengajak publik untuk memahami gagasan realisme Basuki Resobowo serta merekonstruksi kesejarahan karya beliau untuk memotivasi penelitian lebih jauh tentang Basuki Resobowo dan perannya dalam ekosistem seni dan budaya di Indonesia," kata Kepala Galeri Nasional Indonesia Pustanto dalam keterangan resmi, Jumat.

Pustanto berharap pameran hasil lokakarya Kurasi Kurator Muda ini dapat berkontribusi pada proses distribusi pengetahuan serta pengembangan praktik kuratorial di Indonesia.

Baca juga: Galeri Nasional Indonesia selenggarakan tur virtual rayakan Hari Anak

Baca juga: Galeri Nasional bahas seniman dan revolusi Indonesia besok


Kurasi Kurator Muda merupakan program lokakarya kuratorial pertama yang diinisiasi dan diselenggarakan oleh Galeri Nasional Indonesia.

Setelah melalui proses seleksi, 10 proposal dari 10 kurator muda dipilih untuk mengikuti program lokakarya secara daring pada 12, 13, dan 16 Agustus 2021. Selama lokakarya, para peserta mendapatkan bimbingan dan pendampingan dari kurator Galeri Nasional Indonesia yaitu Asikin Hasan, Citra Smara Dewi, dan Bayu Genia Krishbie, yang berperan membantu peserta untuk mengembangkan potensi dan gagasan kuratorialnya.

Sejumlah narasumber undangan juga dihadirkan untuk pendalaman materi dan diskusi dengan tujuan memperluas pengetahuan peserta serta mengenalkan keragaman praktik kuratorial dewasa ini.

Di akhir lokakarya, terpilih dua peserta yang mendapatkan fasilitasi untuk merealisasikan rencana pamerannya, yakni Albert Rahman Putra dari Solok, Sumatra Barat; dan Umi Lestari dari Tangerang, Banten yang mengkuratori “Pameran B. Resobowo” ini.

Diungkap Umi, Pameran B. Resobowo berangkat dari penelusuran, pencatatan, dan pendokumentasian arsip Basuki Resobowo (1916-1999).

Basuki Resobowo merupakan nasionalis, pemikir seni, seniman, penata artistik film, dan aktivis dari masa Hindia Belanda hingga menjadi seniman teksil pada periode Orde Baru.

“Secara garis besar, kuratorial pameran ini berangkat dari upaya untuk mengaktualisasikan kembali gagasan Basuki Resobowo tentang seni dan budaya pada umumnya," kata Umi dalam keterangan resmi, Jumat.

"Basuki Resobowo memiliki pandangan untuk meranahkan seni rupa Indonesia sebagai bagian dari seni rupa dunia. Ia meyakini bahwa seni di Indonesia itu hybrid, sehingga dalam surat-menyuratnya dengan Oesman Effendi yang dipresentasikan dalam pameran ini, ia menolak ajakan untuk kembali mencari identitas asli seni Indonesia,” papar Umi.

Untuk menelisik kembali gagasan Basuki Resobowo dalam seni rupa, pameran ini menampilkan satu lukisan yang penetapannya sebagai koleksi negara melibatkan Basuki Resobowo sebagai bagian tim akuisisi karya yang dibentuk oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1947. Lukisan tersebut berjudul "Gadis" yang saat ini menjadi koleksi Galeri Nasional Indonesia.

Selain itu, ditampilkan pula sejumlah arsip Basuki Resobowo yang dikoleksi beberapa institusi publik dan museum pribadi seperti Dewan Kesenian Jakarta, OHD Museum, Museum EZ Halim, arsip Dolorosa Sinaga, arsip keluarga Sanento Yuliman, serta arsip yang didapatkan Umi Lestari dari lembaga arsip dan kawan dekat Basuki Resobowo.

Arsip-arsip tersebut berupa lukisan, sketsa, foto, artikel di surat kabar, otobiografi, ilustrasi cover buku, serta surat-menyurat dengan seniman lain. Karya tersebut dipresentasikan dalam bentuk reproduksi berupa foto, video, dan cetak. Selain itu, disajikan pula infografis berupa lini masa hidup dan karya Basuki Resobowo.

Baca juga: Seniman Setiawan Sabana gelar pameran tunggal di Galeri Nasional

Baca juga: Galeri Nasional buat lokakarya grafis dari barang bekas

Baca juga: Galeri Nasional dan Museum Nasional gelar acara virtual

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021