Jakarta (ANTARA) - Sejak terjun ke dunia akting, aktor Jepang Shogen kerap terlibat dalam produksi film atau serial berlatar belakang Okinawa, tempat kelahirannya. Shogen debut lewat film "Bloody Snake Under the Sun" yang mengisahkan pemain alat musik sansen khas Okinawa, setelah itu dia membintangi "Okinawan Blue", lalu serial Malaysia "Ku Tinggalkan Cinta Di Okinawa".

Dia baru-baru ini berperan sebagai Nao dalam film arahan sutradara Filipina Brillante Mendoza, peraih penghargaan sutradara terbaik di Festival Film Cannes, yang mengambil latar belakang dua negara, Jepang dan Filipina. "Gensan Punch" mendapatkan penghargaan Kim Jiseok Award di Festival Film Internasional Busan (BIFF) 2021. Film ini juga diputar pada “Gala Selection” (non-kompetisi) di Festival Film Internasional Tokyo ke-34.

"Gensan Punch" bercerita tentang Nao, petinju difabel yang berusaha keras menjadi petinju profesional. Lisensi tersebut tak kunjung didapatkan gara-gara kaki palsu yang dipakainya sejak kecil. Nao tak mau berkecil hati. Dia memilih untuk mengejar mimpinya menjadi petinju profesional di Filipina, tepatnya ke Gensan (General Santos), tempat yang melahirkan petinju ternama Filipina seperti Manny Pacquiao.

Baca juga: BIFF tawarkan pengalaman menonton film di atas papan dayung

Dalam perbincangan dengan ANTARA dan sejumlah media lain melalui zoom di sela pelaksanaan Festival Film Internasional Tokyo 2021, Shogen bicara tentang alasannya banyak membintangi film bertema Okinawa, perasaannya saat menghadiri festival film Busan dan Tokyo, alasannya memilih sebuah peran dan apa yang dipikirkan ketika tahu "Gensan Punch", film terbarunya, akan diputar di platform HBO GO.

Sebagai aktor yang sudah mencicipi kerjasama dengan sineas di Asia Tenggara, Shogen juga mengungkapkan siapa sutradara Indonesia yang menarik perhatiannya baru-baru ini.
 
Pemeran film "Gensan Punch" arahan sutradara Filipina Brillante Mendoza di karpet merah Festival Film Internasional Tokyo 2021 (HO/TIFF 2021)


T: Bagaimana respons di Festival Film Tokyo dibandingkan Busan, ketika film ini dapat penghargaan? Sama atau berbeda?

J: Maksudnya perasaanku? Di Busan, luar biasa, festival besar. Kami menang penghargaan dan itu sungguh membahagiakan. Tapi di Jepang, ada keluarga dan teman-teman saya, Nao duduk di samping saya, wah benar-benar beda. Sulit menyembunyikan perasaan. Saya tidak bisa berkata-kata.

T: Kalau respons penonton bagaimana?

J: Saya pikir mereka menikmatinya. Karena Nao duduk di samping saya, dan ibu saya duduk di sisi satu lagi. Nao bukan orang yang banyak bicara. Dia tidak banyak menunjukkan emosi. Entahlah, saya harus ketemu dia lagi dan tanya apa yang dia pikirkan (tersenyum).

T: Banyak proyek-proyekmu terdahulu berlatar belakang Okinawa, termasuk Nao di film ini disebut berasal dari Okinawa. Apa sih arti Okinawa untukmu?

J: Okinawa adalah identitasku. Tentu saya orang Jepang, tapi lebih dalam lagi saya adalah orang Okinawa. Dan saya bangga jadi orang Okinawa, itulah mengapa saya mau memilih film tentang Okinawa. Saya orang Okinawa, saya juga bagian dari Jepang. Saya orang Jepang, tapi saya juga bagian dari Asia. Jadi tidak terlalu berbeda. Jiwa saya berasal dari Okinawa, sulit dijelaskan. Saya juga ingin menceritakan Okinawa ke dunia, makanya saya memilih banyak proyek terkait Okinawa.

Baca juga: Bincang-bincang bersama sutradara Jepang Mayu Nakamura (bagian 1)

T: Kelak ada rencana sutradarai film tentang Okinawa?

J: (Tersenyum) Sebenarnya saya berpikir ke arah situ. Suatu hari nanti.

T: Apa alasan terpenting Shogen memilih sebuah peran, entah itu karakter utama atau pendukung?

J: Skenario. Saat saya menyukainya, saya langsung ingin terlibat. Saya enggak terlalu peduli perannya besar atau kecil, kalau memang skenarionya bagus, saya pasti tertarik.
 
Adegan film "Gensan Punch" arahan sutradara Filipina Brillante Mendoza (HO/TIFF 2021)


T: Butuh tujuh tahun ya sampai dapat persetujuan untuk membuat film ini? Kenapa lama sekali?

J: Sejak bertahun-tahun lalu saya dapat izin dari Nao. Lalu, karena saya aktor, di Jepang jarang ada aktor yang pitching proyek. Jadi saya memilih produser, kami riset siapa yang bakal jadi sutradara terbaik, lalu saya harus melakukan pekerjaan lain juga. Dan lagi tentu saja kami juga butuh uang (tertawa). Karena saya bukan aktor yang sangat terkenal di sini. Kalau ada aktor terkenal yang mau bikin proyek, tentu akan lebih mudah prosesnya. Itulah kenapa butuh tujuh tahun. Tapi saya pikir kami bisa membuatnya bersama sutradara terbaik dan itu adalah waktu terbaik. Walau butuh tujuh tahun, tapi menurut saya ini waktu yang tepat.

T: Film "Gensan Punch" akan ditayangkan di HBO pada Desember, bagaimana prosesnya? Sulit tidak sih film Jepang untuk tayang di platform streaming digital?

J: Rasanya sulit dipercaya. Untuk membuat film ini, rasanya sangat menantang karena seperti yang saya bilang di Jepang belum lazim bila pitching proyek dilakukan oleh aktor. Ini menantang sih buat saya, sama seperti usaha Nao menjadi seorang petinju profesional. Dan Jepang menurut saya dalam satu sisi masih terisolasi, kami bukan bagian dari industri film Asia. Kelak, saya harap kami akan punya lebih banyak co-produksi bersama. Bekerjasama dengan HBO adalah kesuksesan buat kami, saya harap banyak sineas Jepang lagi yang nanti melakukan produksi bersama pihak lain di masa depan.

Baca juga: Bincang-bincang bersama sutradara Jepang Mayu Nakamura (bagian 2)

T: Akan tayangkan film ini di bioskop Jepang juga?

J: Kami akan tayangkan di bioskop juga di Jepang, karena saya ingin menayangkannya di layar besar.

T: Kebanyakan kamu akting di film laga yang banyak melakukan adegan penuh aksi. Sebagai aktor, ada peran lain yang ingin diperankan kelak?

J: Untuk peran ini saya menjadi anak yang menghadapi "ayah", kelak saya ingin mencoba drama keluarga, saya ingin berperan jadi seorang ayah. Mencoba perspektif lain. Saya sekarang tidak punya anak, tapi saya ingin mencoba peran ayah.

T: Anda sudah bekerja dengan tim Filipina dan Malaysia, ada rencana kolaborasi dengan Indonesia? Ada sutradara atau aktor Indonesia yang ingin diajak bekerjasama?

J: Indonesia? Edwin itu sutradara Indonesia kan? Saya juga bertemu sutradara menarik, Wregas (Bhanuteja), dia datang ke Busan 2021 dan saya suka filmnya "Photocopier" (Penyalin Cahaya). Dia masih muda tapi saya sangat menikmati filmnya, semoga kami bisa bekerjasama. Sampaikan salam dari saya kalau kamu bertemu Wregas. (mengingat-ingat) Oh, saya juga kenal dengan (sutradara) Yosep.

Baca juga: Kesan Wregas Bhanuteja dan Shenina Cinnamon hadiri karpet merah BIFF
 
Sutradara Filipina Brillante Mendoza saat mengarahkan film "Gensan Punch" (HO/TIFF 2021)


T: Bagaimana cara adaptasi dengan gaya sutradara Brillante Mendoza yang tidak memberikan skenario? Tapi kan Anda sudah berlatif fisik demi peran petinju? Bisa jelaskan lebih detail?

J: Sebelum syuting, dia panggil saya ke Manila, dia bilang 'saya sedang syuting sesuatu, ada satu adegan untukmu di film ini'. Dia memberikan peran kecil untuk saya dengan gaya syutingnya. Filmnya itu 'Payback'. Saya jadi laki-laki yang kehilangan motor di film itu. Jadi (dengan mengundang Shogen ke Thailand) dia mau menunjukkan cara kerjanya kepada saya. Dan cara kerja Mendoza itu sangat bagus.

Baca juga: Dua film terakhir "Rurouni Kenshin" pecahkan rekor box office Jepang

T: Anda sebelumnya sudah pernah bekerjasama dengan orang-orang Thailand, bisa ceritakan?

J: Film pertama saya "Bloody Snake Under the Sun", produsernya sama dengan produser "Gensan Punch". Filmnya mengisahkan Okinawa era akhir 60-an, tapi kami syuting di Thailand, karena atmosfernya mirip dengan Okinawa. Di Okinawa lingkungannya sudah sangat berubah, jadi sulit mencari lokasi yang pas. Saya juga bekerja dengan banyak kru Thailand, mereka adalah pekerja keras, solid, sangat cepat, itu pengalaman yang menyenangkan.

T: Ada proyek terbaru yang sedang disiapkan sekarang? Apa yang bisa kami nantikan?

J: Saya sedang mempersiapkan sesuatu, saya akan bekerja dengan sutradara India. Saya punya beberapa proyek lain, tapi yang selanjutnya ini adalah tantangan besar. Saya belum bisa memberitahu detailnya. Tapi filmnya tentang "court".


T: Tahun ini Anda sudah ke Busan dan akhirnya ke festival di Tokyo, bisa ceritakan pengalamanmu selama di festival?

J: Sayangnya kami tidak bisa mengundang tamu internasional, tapi mau bagaimana lagi ya karena ini pandemi. Kita harus mengapresiasi festival film di era seperti ini.

Baca juga: Aktor Jepang Shogen puji film "Penyalin Cahaya" dari Wregas Bhanuteja

T: Anda masih ingin berkolaborasi dengan pihak lain, ada rencana terus berkolaborasi dengan pihak luar atau dengan kru film Jepang?

J: Keduanya. Buat saya sama saja. Saya cuma ingin memilih yang memang menarik. Itu saja. Yang saya suka dari co-produksi adalah saya bisa belajar dan saling mengenal. Berhubung saya suka melancong, saya suka ketika syuting sambil bepergian ke tempat lain, dua-duanya adalah hal yang paling saya sukai.

T: Anda sudah berakting di film dan serial, mana yang lebih Anda sukai?

J: Saya sudah main cukup banyak film, tapi saya jarang main serial jadi saya mau coba main lebih banyak serial, karena lebih panjang dan lebih banyak karakter, kayaknya akan seru. Pokoknya selama proyeknya menarik, saya pasti mau.

T: Sekarang kan sudah banyak platform streaming yang makin naik daun saat pandemi, ada rencana membintangi konten-konten di situ?

J: Saya punya agen internasional, saat ini kasting daring makin populer, termasuk di Jepang, semoga saya punya banyak kesempatan terlibat dalam produksi internasional.
 

Baca juga: Bincang-bincang bersama aktor "Gensan Punch" Shogen (bagian 1)

Baca juga: Aktor Jepang Shogen puji film "Penyalin Cahaya" dari Wregas Bhanuteja

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2021