Juga ditemukan seperti umpak batu bermotif padma
Temanggung (ANTARA) - Tim studi teknis pelurusan sungai Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi
Jawa Tengah di kawasan Situs Liyangan di lereng Gunung Sumbing, Desa Purbosari, Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, menemukan struktur batu bermotif padma.

"Saat melakukan ekskavasi untuk melihat jejak sungai, kami menemukan struktur batu satu lapis dan juga ditemukan seperti umpak batu bermotif padma," kata Kepala Kelompok Kerja Pemugaran Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Provinsi Jateng Eri Budiarto di Temanggung, Senin.

Ia menuturkan batu bermotif padma yang ditemukan di seberang sungai dari candi utama itu bisa untuk dudukan arca atau juga bisa berfungsi sebagai umpak.

Baca juga: Balai Pelestarian Cagar Budaya Jateng restorasi Situs Liyangan

Baca juga: Pemugaran Situs Liyangan sebagian gunakan batu baru


"Tetapi konteks di sekitarnya tidak ada. Jadi kami belum bisa mengindikasikan itu bagian dari apa," katanya.

Menurut dia motif padma biasanya sering ditemukan di bangunan dengan latar belakang agama Buddha, tetapi Situs Liyangan ini merupakan kompleks Hindu.

"Bisa jadi karena memang kami tidak tahu perpaduan Hindu-Buddha seperti apa. Seperti di Candi Sewu yang merupakan Candi Buddha, tetapi di situ juga ditemukan yoni yang biasa ditemukan di candi Hindu," katanya.

Ia menyampaikan mungkin dulu sudah ada akulturasi antarmasyarakat berbeda agama, sebetulnya toleransinya sudah bagus, tetapi karena konteksnya belum jelas, pihaknya belum bisa menerangkan temuan ini apa.

Ia menyampaikan studi teknis pelurusan sungai yang melibatkan ahli geologi dan juga ahli sumber daya air ini untuk mengecek aliran sungai yang berada di kawasan Situs Liyangan ini memang sungai asli atau karena hujan yang cukup deras akhirnya membentuk aliran.

"Namanya memang pelurusan sungai tetapi bukan berarti kami akan meluruskan sungai," katanya. 

Baca juga: Ahli botani Inggris akan teliti Situs Liyangan

Baca juga: Candi Gedongsongo lereng Gunung Ungaran ditanami akar wangi

 

Pewarta: Heru Suyitno
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021