Jambi  (ANTARA News) - Peneliti dan budayawan Kerinci Iskandar Zakaria yang meninjau lokasi temuan gigi diduga manusia purba di dusun Batu Gong Koto Beringin-Kumun Kecamatan Kumun-Debai Kota Sungaipenuh Kerinci, Jambi memperkirakan temuan warga tersebut adalah fosil makluk purba.

"Dari pengamatan dan pemeriksaan awal kami, gigi-gigi besar ini memang diduga kuat dari makluk purba, tapi tidak bisa kita pastikan manusia atau binatang," katanya di Sungaipenuh, Sabtu.

Iskandar bahkan berani memastikan kalau empat buah gigi besar tersebut bukanlah dari makluk berkaki empat melainkan makluk berkaki dua, karena struktur giginya tidak bengkok seperti gigi makluk berkaki empat pada umumnya.

Empat gigi yang masih tersisa utuh tersebut rata berukuran 8 cm dengan lebar i,5 cm dan tinggi 1 cm. Menurut Pardinal (31) warga desa Kumun Hilir yang berprofesi sebagai penambang pasir dan batu, penemu pertama gigi dan fosil tersebut mengakui masih ada gigi lainnya dan bahkan fosil berupa tulang belulang yang disimpan rekannya.

"Bisa jadi ini gigi binatang, tapi binatang yang berjalan denga dua kaki, entah itu Kingkong, gorilla, bahkan mungkin memang benar gigi manusia purba Homo Kerincineinsis seperti diduga para ahli arkeologi sebelumnya," ucapnya.

Bahkan gigi tersebut adalah sisa dari kerangka makluk yang selama ini dianggap mitologi masyarakat Kerinci yakni Orang Pandak.

Saat Pardinal menunjukkan lokasi temuannya, Iskandar yang menggali-gali bekas galian tersebut kembali menemukan sisa-sisa belulang yang sudah sangat rapuh seperti halnya tanah. Dia pun langsung mengambil serpihan belulang itu untuk jadi sampel yang akan dikirimkannya ke laboraterium BP3 Kemebudpar di Jakarta.

"Kami akan kirim sampel fosil tulang yang sudah lapuk ini ke laboraterium BP3 di Jakarta guna diteliti lebih lanjut untuk bisa memastikan ini fosil makluk purba jenis apa," ujarnya.

Sementara Pardinal warga yang menemukan pertama keberadaan fosil dan gigi-gigi besar tersebut mengaku saat menemukan benda tersebut sempat kaget karena mendapati tulang belulang dan tengkorak di galian tempatnya membuka jalan menuju lokasi dia menambang pasir dan batu.

"Saat itu kami terkejut mendapati tulang besar-besar seperti itu. Sebagian rekan-rekan mengira itu adalah gigi kerbau, karenanya sebagian tulang yang sudah keropos itu dibuang ke sungai sementara beberapa gigi dan tulang yang masihkuat disimpannya," lanjutnya.

Pardinal mengaku sangat bahagia ada pihak yang berikutnya mengapresiasi temuan yang telah disimpannya semenjak pertengahan 2009 lalu itu.

"Tentu saja saya sangat bahagia Pak Iskndar dan tim serta rekan-rekan wartawan sudi mengapresiasi dan menelaah temuan saya ini. Pasalnya selama ini oleh warga saya dipandang sinis sementara yang datang ke sini lainnya adalah para makelar barang-barang antik yang hanya berniat membeli temuan saya ini," katanya.
(KR-BS/M019)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011