Jakarta (ANTARA) - Perusahaan penyedia infrastruktur telekomunikasi PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel siap membantu ekonomi digital Indonesia tumbuh lebih tinggi pada tahun ini.

Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko mengatakan, tumbuh suburnya ekonomi digital suatu negara tidak lepas dari bertambahnya jumlah masyarakat digital, serta tersedianya infrastruktur digital yang mumpuni.

“Ketiga faktor itu merupakan basic ingredients dalam menciptakan digital ecosystem yang sehat. Tugas Mitratel dalam ekosistem tersebut adalah memastikan connectivity antara masyarakat dengan pelaku usaha digital bisa terlayani melalui tower kami,” ujar Teddy, panggilan akrabnya, saat jumpa pers di Jakarta, Senin.

Berbekal pengalaman di bisnis menara telekomunikasi sejak 2008, Teddy mencatat sampai akhir September 2021 lalu jumlah menara yang dikelola emiten berkode saham MTEL itu ada sebanyak 28.076 unit. Uniknya, 57 persen atau 16.150 unit menara tersebut tersebar di luar Pulau Jawa.

"Dengan tren pertumbuhan pengguna internet yang semakin menyebar ke seluruh Indonesia, keberadaan tower Mitratel di luar Pulau Jawa saya yakini bisa membantu ekspansi perusahaan-perusahaan digital ke wilayah baru yang potensial. Sementara di Pulau Jawa sendiri, jumlah jaringan tower kami sejumlah 11.929 menara," kata Teddy.

Mitratel saat ini merupakan perusahaan menara telekomunikasi terbesar yang mengelola lebih dari 25 persen pangsa pasar bisnis menara di Indonesia. Teddy menyebut seluruh perusahaan telekomunikasi raksasa di Indonesia menggunakan jasa Mitratel, tidak hanya grup Telkom semata.

"Secara total Mitratel melayani lebih dari 42.000 tenants yang menggunakan fasilitas tower kami. Jumlahnya diharapkan terus bertambah, seiring dengan dibukanya jaringan 5G oleh Pemerintah Indonesia," ujar Teddy.

Sementara itu, untuk menjaga tren pertumbuhan pada 2022, Teddy menjelaskan setidaknya ada empat strategi yang akan dijalankan Mitratel. Pertama, memperbesar kontribusi pertumbuhan bisnis organik dengan cara menggenjot layanan built to suit (B2S) dan kolokasi menara dari operator jaringan seluler (MNO) yang menjadi klien perusahaan.

Kedua, melanjutkan aksi merger dan akuisisi (M&A) aset menara dari Telkomsel maupun mengakuisisi saham perusahaan menara yang lebih kecil. Kemudian yang ketiga, Mitratel akan melakukan ekspansi dengan menyediakan beberapa layanan baru.

"Saat ini kami tengah mengembangkan portfolio layanan infrastruktur digital lengkap bagi operator. Termasuk dengan melakukan fibersisasi menara, mengaplikasikan infrastructure as a service sehingga kami bisa menyediakan jaringan IoT bagi pelanggan non-MNO, serta ekspansi ke penyediaan small cells sehingga bisa memberikan solusi infrastruktur untuk pemanfaatan 5G," kata Teddy.

Menurutnya, dengan kemampuan pendanaan baik dari hasil IPO senilai lebih dari Rp18 triliun, serta leverage dan biaya utang (cost of debt) terendah dibanding operator lainnya, Mitratel optimistis menyambut setiap peluang yang ada pada tahun ini.

Mitratel juga akan terus meningkatkan efisiensi belanja modal (capex) dan biaya operasional (opex) perusahaan sehingga bisa meningkatkan profitabilitas serta menambah arus kas.

Baca juga: Mitratel siap garap tingginya peluang bisnis penyewaan menara di 2022
Baca juga: Telkom Indonesia dorong Mitratel kembangkan bisnis fiber optik
Baca juga: Mitratel dan Alita kolaborasi perkuat infrastruktur ekosistem digital

 

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022