Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan RT-LAMP (reverse transcription loop mediated isothermal amplification) dapat menjadi metode alternatif untuk mendeteksi COVID-19 selain Polymerase Chain Reaction (PCR) dalam rangka meningkatkan kapasitas pengujian di Tanah Air.

"Akurasinya dapat ditingkatkan setara dengan sistem RT-PCR dan reaksi amplifikasi dapat dipantau secara real-time," kata peneliti di Pusat Riset Kimia BRIN Tjandrawati Mozef dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu.

Keunggulan RT-LAMP dibandingkan dengan RT-PCR adalah tidak memerlukan alat deteksi PCR yang mahal, dan harga kitnya lebih murah.

Saat ini, alat Polymerase Chain Reaction (PCR) banyak digunakan sebagai metode standar dalam mendeteksi COVID-19. Oleh karenanya, RT-LAMP dapat menjadi metode alternatif pengujian virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19.

Baca juga: BRIN: Izin edar RT-LAMP terbit sebagai detektor COVID-19

"Metode PCR ini paling akurat, namun hasil pengujian lebih lama dan biayanya relatif mahal," ujarnya.

Tjandrawati menuturkan beberapa negara seperti Belanda dan Spanyol telah menetapkan RT-LAMP sebagai salah satu metode setara RT-PCR yang digunakan untuk mendeteksi COVID-19.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/3602/2021, RT-LAMP termasuk dalam kategori tes molekuler NAAT (Nucleic Acid Amplification test) bersama-sama dengan Quantitative Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction (qRT-PCR) dan Tes Cepat Molekuler (TCM), dengan akurasi yang sangat baik.

Perbedaan RT LAMP dengan RT-PCR adalah dalam proses amplifikasi gen target, reaksi RT-LAMP berlangsung secara isotermal atau suhu konstan sehingga tidak memerlukan alat thermocycler atau alat PCR.

RT-LAMP menggunakan sampel ekstrak RNA hasil usap (swab) hidung yang dapat dideteksi secara kualitatif dengan melihat adanya presipitasi dengan akurasi yang baik.

Baca juga: BRIN: Metode RT-LAMP mampu deteksi varian Delta dan Omicron

Metode temuan periset BRIN tersebut dikembangkan sejak Maret 2020 bersama mitra PT Biosains Medika Indonesia, yang saat itu akan melakukan komersialisasi produk.

Pada awal pandemi COVID-19, Tjandrawati dan tim berinisiatif untuk mengembangkan sistem alternatif untuk melakukan skrining dan deteksi RNA virus SARS-CoV-2.

Pada saat itu, kebutuhan untuk mendeteksi virus adalah dengan menggunakan PCR. Sementara alat PCR yang ada di Indonesia sangat terbatas dan hanya terdapat di laboratorium besar. Selain itu, reagen yang digunakan untuk uji PCR merupakan impor.

"Hingga saat ini pandemi COVID-19 belum berakhir, varian-varian baru bermunculan, sehingga memotivasi kami dari BRIN untuk terus melakukan riset, berkontribusi dalam pengendalian pandemi, dan mendukung program Pemerintah 3T (tracing, testing dan treatment)," ujarnya.

Untuk meningkatkan kemampuan pengujian, Tjandrawati dan tim mengusulkan inovasi baru, yaitu metode RT LAMP yang mampu mendeteksi secara spesifik material genetik dari virus SARS-CoV-2.

Ia berharap RT-LAMP dapat diaplikasikan di masyarakat dengan jangkauan lebih luas, sehingga dapat membantu program pemerintah dalam peningkatan kapasitas pengujian secara nasional.

Selain itu, hasil deteksi COVID-19 dengan RT-LAMP diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dokumen persyaratan perjalanan.

Baca juga: BRIN: Satelit LAPAN-A1 masih berfungsi setelah mengudara 15 tahun

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022