Jakarta (ANTARA) - Jumlah kasus baru COVID-19 yang melonjak di Swedia membuat beberapa sektor layanan penting di negara itu kekurangan staf, dengan sejumlah besar polisi dan sopir bus terjangkit COVID-19.

"Semua pengusaha dan organisasi, termasuk layanan penting, tengah berada di bawah tekanan," kata Svante Werger dari Badan Kontingensi Sipil Swedia kepada Swedish Television pada Rabu (19/1).

Sekitar 10 persen dari anggota kepolisian Swedia, atau sekitar 3.000 orang, sedang cuti akibat sakit atau menjalani isolasi mandiri pada Rabu, menurut laporan stasiun penyiaran internasional resmi Swedia, Radio Sweden. Beberapa kantor polisi yang lebih kecil bahkan terpaksa tutup.

"Situasinya genting di beberapa daerah dan kami berada di ambang ketidakmampuan untuk tetap menjalankan tugas," ujar Patrik Danielsson, perwakilan Bidang Kesehatan dan Keselamatan di Serikat Polisi Swedia, kepada Radio Sweden.

Sementara itu, juru bicara Departemen Operasi Nasional Swedia mengatakan kepada Swedish Television bahwa pihak kepolisian siap untuk memindahkan personel dan memprioritaskan ulang tugas-tugas guna mengatasi situasi tersebut.
 
Gambar stiker informasi yang meminta warga untuk menjaga jarak sosial di sebuah gerbong kereta metro di Stockholm, Swedia. (Xinhua/Wei Xuechao)


Swedish Television juga melaporkan bahwa sekitar 10 persen sopir bus di wilayah Varmland, Swedia barat, tidak bekerja karena sakit. Hal itu mengakibatkan pembatalan sekitar 40 hingga 50 perjalanan per hari.

"Ini situasi yang serius," kata Mikael Bergman, manajer lalu lintas layanan bus regional.

Cepatnya penyebaran varian Omicron juga tercermin dalam statistik terbaru yang dirilis oleh Badan Kesehatan Masyarakat Swedia pada Rabu (19/1).

Jumlah kumulatif kasus terkonfirmasi COVID-19 di Swedia melampaui 1,7 juta, yakni meningkat sekitar 200.000 kasus hanya dalam sepekan pada Rabu.

Pada hari yang sama, badan tersebut juga mencatat jumlah kasus baru harian COVID-19 tertinggi hingga mencapai hampir 43.000 kasus di antara 10,4 juta populasi di negara tersebut.

Jumlah orang yang menjalani tes COVID-19 juga melonjak drastis. Beberapa wilayah administratif negara itu telah mencapai kapasitas pengujian maksimum dan karenanya mendesak masyarakat untuk melakukan tes jika benar-benar diperlukan.

Pada Selasa (18/1), sejumlah tokoh profesional di bidang medis, termasuk ketua Asosiasi Medis Stockholm, mengatakan bahwa pengujian menjadi "tidak berarti" karena hampir semua orang yang menunjukkan gejala ternyata terinfeksi, dan hasil tes kini memakan waktu hingga sepekan.
 

Penerjemah: Xinhua
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2022