Jakarta (ANTARA News) - Indonesia akan memasuki krisis pangan pada 2021 jika terus mengandalkan impor kebutuhan pangan tanpa memperhatikan dan menggenjot produksi pangan lokal.

Hal itu dikatakan Tejo Wahyu Jatmiko, Koordinator Nasional Aliansi Desa Sejahtera (ADS) ketika menggelar diskusi bertajuk "Mutlak ada kebijakan pangan yang berkeadilan" di Jakarta.

"Ketergantungan Indonesia pada impor kebutuhan pangan mencapai 65% dari kebutuhan nasional, jika tidak cepat ditanggulangi 5-10 tahun lagi Indonesia akan collapse" katanya.

Tejo mengatakan kebijakan impor pangan yang dilakukan pemerintah tidak akan menyelesaikan masalah pangan nasional karena harga kebutuhan pangan impor terus naik dan menggerus dana APBN yang bisa dialokasikan untuk kebutuhan lain serta ketidaksanggupan kebutuhan pangan lokal untuk memenuhi kebutuhan nasional.

"Ketika petani gagal panen, kebutuhan pangan lokal mendesak dan harga kebutuhan pangan impor semakin tinggi," katanya.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mengimpor kebutuhan pangan sebanyak 33 juta ton dengan nilai Rp. 45 triliun pada Januari-Juni 2011 setengahnya kebutuhan pangan impor itu didominasi oleh kebutuhan pokok seperti beras, gandum, garam dan sayur-mayur.

Para petani lokal tidak sanggup memenuhi target kebutuhan beras dalam negeri karena semakin sedikitnya ketersediaan lahan sawah karena alih fungsi sawah yang salah yaitu banyak lahan persawahan yang berubah menjadi lahan perkotaan, perumahan dan industri, belum lagi buruknya sistem irigasi persawahan di daerah-daerah.

Hal itu membuat petani beralih profesi karena profesinya tidak lagi menguntungkan. Jika tidak ada petani, maka kebutuhan pangan lokal Indonesia akan mati dan terus bergantung pada impor pangan.

"Sekitar 75% persen petani Indonesia di atas umur 50 dan anak-anak ogah menjadi petani dan memilih profesi lain," katanya. (adm)


Pewarta: Adam Rizallulhaq
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2011