Banjir ini, terulang dan terulang, terus-menerus. Sampai kapan, tidak ada yang tahu. Yang jelas selama tidak ada upaya untuk mengatasinya, musibah ini akan terus terjadi, dan masyarakat tidak akan pernah hidup tenang.
Banten (ANTARA News) - Perasaan was-was, selalu menyelinap dalam hati masyarakat Kabupaten Pandeglang di wilayah selatan, ketika hujan turun dengan intensitas lebat, dalam waktu cukup lama.

"Setiap hujan lebat turun, beberapa kecamatan di wilayah selatan selalu dilanda banjir. Makanya masyarakat selalu bilang sama kita, tidak pernah tenang, kalau hujan turun," kata Ketua DPRD Kabupaten Pandeglang Roni Bahroni, Selasa (17/1).

Kondisi yang sama, kata dia, terjadi akhir pekan lalu. Karena hujan lebat turun dalam kurun cukup lama, 33 desa di 11 kecamatan di wilayah selatan, tergenang banjir, akibat meluapnya air sungai Ciliman dan Cilemer.

"Banjir ini, terulang dan terulang, terus-menerus. Sampai kapan, tidak ada yang tahu. Yang jelas selama tidak ada upaya untuk mengatasinya, musibah ini akan terus terjadi, dan masyarakat tidak akan pernah hidup tenang," katanya.

Jadi, kata dia, para pihak terkait, terutama pemerintah pusat, tolong carikan solusi untuk mengatasi banjir di Pandeglang, sehingga ke depan tidak lagi terjadi, dan masyarakat bisa terbebas dari ras was-was, saat hujan turun.

Pemerintah, kata dia, harus melakukan perencanaan dan kajian khusus untuk menangani banjir diberbagai wilayah khususnya di Pandeglang, dan kalau perlu dibangun sebuah kanal atau tanggul, bila memungkinkan anggarannya pembangunan waduk.

Pemerintah pusat, sebenarnya telah memogramkan untuk meluruskan sungai penyebab banjir di Kabupaten Pandeglang, tapi belum pekerjaan dimulai, banjir sudah lebih dahulu melanda.

Bupati Pandeglang Erwan Kurtubi menjelaskan, dua sungai yang selama ini menjadi penyabab banjir di wilayah selatan, akan diluruskan.

"Sungai Cilemer dan Ciliman akan kita luruskan, mudah-mudahan nanti bisa mengatasi atau paling tidak meminimalisasi terjadinya banjir di wilayah selatan," katanya.

Menurut dia, kedua sungai tersebut kondisinya berkelok dan beberapa kelokan cukup tajam, sehingga ketika hujan dan air besar, meluap ke permukiman masyarakat.

Kegiatan pelurusan sungai itu, kata dia, saat ini sedang dalam proses pembebasan lahan, dan mudah-mudahan awal tahun depan pengerjaannya bisa dimulai.

Mengenai anggaran untuk kegiatan tersebut, menurut dia, berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), dan untuk pekerjaannya sendiri dilakukan oleh pemerintah Provinsi Banten.

"Semua kegiatan, termasuk pembebasan lahan dilaksanakan oleh pemerintah Provinsi Banten, kita hanya membantu saja," katanya.

Ia juga menjelaskan, usulan untuk meluruskan sungai itu diajukan pemerintah Kabupaten Pandeglang ke pusat melalui pemerintah Provinsi Banten.

"Karena itu proyek pemerintah pusat, maka dilaksanakan oleh pemerintah provinsi, tapi kita akan membantu sebatas kewenangan yang diberikan oleh provinsi," ujarnya.

Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Pandeglang Rifa`i menjelaskan, pada Selasa (17/1) sore tinggal dua kampung yang masih digenangi air banjir akibar melupanya sungai Ciliman dan Cilemer di Kabupaten Pandeglang.

"Laporan terakhir dari lapangan, saat ini tinggal dua permukiman yang masih tergenang banjir, di antaranya Kampung Soge, Desa Panimbang, Kecamatan Sukaresmi," katanya.

Perkampungan tersebut, kata dia, saat ini masih digenangi air dengan kedalaman berkisar 30-40 centimeter.

Sedangkan di wilayahnya lainnya, kata dia, air sudah surut, namun masyarakat tetap diminta untuk waspada, karena kemungkinan banjir bisa kembali terjadi.

"Sekarang kembali turun hujan, jadi ada kemungkinan air sungai kembali meluap sehingga banjir kembali terjadi. Karena itu kita minta masyarakat untuk waspada," katanya.

Rifa`i juga menjelaskan, khusus empat kecamatan, yakni Panimbang, Pagelaran, Sukaresmi dan Sidangresmi, kondisinya masih masih waspada karena di wilayah itu juga terjadi rob.

"Di empat kecamatan itu, terjadi banjir selain karena luapan air sungai juga naiknya air laut, dan sampai sekarang kondisi itu masih terjadi," katanya.

Menurut dia, air laut masih kadang naik, tapi kemudian turun kembali, karena itulah empat kecamatan tersebut masih waspada banjir, terutama rob.

Sebanyak 33 desa di 11 kecamatan di wilayah Pandeglang bagian selatan terendam banjir akibat meluapnya air Sungai Siliman dan Cilemer. Banjir itu merencam sedikitnya 9.770 unit rumah warga setempat.

Banjir, juga merendam 2.190,5 hektare tanaman padi warga, sehingga terancam gagal panen (puso).

"Tanaman padi itu usianya berkisar tiga-empat minggu, dan terancam puso karena terendam air banjir berkisar satu hingga 1,5 meter," kata Kepala Dinas Pertanian dan Perekabunan Kabupaten Pandeglang Cahyan Sofyadi.

Menurut dia, luasan areal tanaman padi yang terendam banjir dan terancam puso itu, baru data sementara, dan saat ini pihaknya masih menunggu laporan dari lapangan.

"Kita sudah menurunkan tim ke lapangan untuk melakukan pendataan, dan sampai saat ini laporan belum masuk semua, jadi masih ada kemungkinan jumlah luasannya bertambah," katanya.

Ia menjelaskan, areal pesawahan yangg terendam banjir itu tersebar di enam kecamatan, yakni Panimbang, Sukaresmi, Patia, Angsana, Bojong dan Sindagresmi.

Cahyan mengaku, setelah data terkumpul, akan menyampaikan leporan pada pemerintah kabupaten, provinsi dan pusat, dan berharap ada bantuan bagi petani yang tanaman padinya mengalami puso.

Akibat musibah itu, ribun warga di 33 desa harus "pindah" ke pengusian, dan ketika air sudah surut mereka baru berani "keluar" dari tempat darurat itu, dan kembali ke rumah masing-masing.


Bantuan

Pemerintah Kabupaten Pandeglang, dan berbagai pihak telah menyerahkan bantuan, baik makan jadi, makanan tambahan gizi, hingga beras pada warga korban banjir, begitu musibah tersebut melanda.

Pemerintah Kabupaten Pandeglang dan para donatur telah menyalurkan beras sebanyak 24,5 ton bagi korban banjir di 11 kecamatan di wilayah selatan daerah itu.

"Sampai saat ini sudah 24,5 ton beras kita salurkan bagi korban banjir, dalam rangka tanggap darurat," kata Kepala Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial kabupaten Pandeglang Anwar Fauzan.

Dari total beras yang disalurkan itu, kata dia, sebanyak 19,5 ton di antaranya berasal dari pemerintah Kabupaten Pandeglang, dan lima ton lainnya para donatur.

"Para donator langsung menyerahkan beras itu pada korban banjir, tapi memberikan laporan pada kita, sehingga bisa dipantau," katanya.

Ia juga menjelaskan, bantuan beras akan langsung disalurkan kalau ada permintaan dari camat setempat. Pemkab tidak memabatasi jumlah yang didistribusikan.

"Selama ada permintaan dari camat, berapa pun jumlahnya akan langsung kita salurkan," katanya.

Anwar juga meminta masyarakat tidak perlu khawatir terjadi kekurangan beras, karena saat ini masih ada persediaan yang dititipkan di gudang Badan Urusan Logistik (Bulog) Sub Divisi Regional Pandeglang-Lebak.

Selain itu, jika terjadi kekurangan maka akan langsung diusulkan tambahan dari pemerintah pusat, dan pasti dipenuhi.

Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Pandeglang Rifa`i, juga menjelaskan sudah menyalurkan ratusan paket sembako dan ratusan dus makanan siap saji, makanan tambahan gizi, perlengkapan untuk bayi serta tikar dan selimut.

"Sejak terjadi banjir kita langsung menyalurkan bantuan makan siap saji serta lainnya, dan sampai sekarang pun masih terus kita distribusikan," katanya.

Menurut dia, penyaluran bantuan harus ada permintaan dari camat setempat, tujuannya agar pendistribusian lebih jelas dan bisa dipertanggungjawabkan.

"Yang penting ada permintaan dari camat, bisa tertulis ataupun melalui telepon. Kami tidak bisa melayani permintaan dari selain camat," katanya.

Rifa`i, juga memastikan persediaan permakanan bagi korban banjir di daerah itu masih cukup.

"Untuk saat ini masih cukup, dan ketika ada permintaan, asalkan ada surat dari para camat langsung kita bantu," kata Sekretaris Badan Pananggulangan Bencana Daerah Kabupaten Pandeglang Rifa`i di Pandeglang, Selasa.

Rifa`i juga mengaku, telah mendapat permintaan dari pemerintah Provinsi Banten, agar mengusulkan bantuan logistik bagi korban banjir di daerah itu.

"Pemerintah provinsi memang sudah `nantangin` kita agar mengajukan permintaan bantuan, dan sudah kita lakukan. Tapi untuk saat ini kebutuhan masih bisa kami penuhi," ujarnya.

Penanganan tanggap darurat terhadap korban banjir yang dilakukan pemerintah Kabupaten Pandeglang, yang didukung pemerintah provinsi dan pusat, mungkin cukup baik.

Namun, sampai sebaik apapun penanganan paskabanjir, tidak akan lebih bagus dibandingkan upaya penanggulangan supaya musibah itu tidak terjadi.

Oleh Sambas
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2012