Samarinda (ANTARA News)- Kaltim yang diperkirakan pada pertengahan Juni 2006 memasuki musim kemarau namun indeks bahaya kebakaran atau indeks kekeringan di Kaltim pada minggu pertama Juni 2006 rata-rata tahap sedang, kecuali Kabupaten Bulungan dan Nunukan berkatagori tinggi. "Dengan indeks kebakaran tinggi itu, maka ancaman kebakaran hutan dan lahan di Bulungan dan Nunukan pekan pertama Juni juga tinggi," kata Kepala UPTD Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan (PKHL), Kusnadi di Samarinda, Selasa (6/6). Kawasan hutan/lahan Kaltim kini sangat rawan terhadap ancaman kebakaran akibat kian rendahnya daya tahan hutan tropis basah terhadap api, hal itu karena hutan alam yang memiliki kerapatan dan kelembaban juga terus berkurang dratis. Hutan alam Kaltim terus mengkurang akibat kegiatan pembukaan lahan untuk kegiatan perhutanan, perkebunan, transmigrasi, penjarahan (illegal longging) dan pembukaan ladang. Diperkirakan luas kerusakan hutan Kaltim terparah nasional, yakni rata-rata mencapai 500.000 Ha per tahun dari total luas kawasan (hutan/lahan) mencapai 17 juta Ha. Berdasarkan data dari stasiun meteorologi wilayah Kalimantan Timur dari tanggal 1-5 Juni 2006 di enam kabupaten /kota menunjukkan indeks kekeringan masih tahap sedang kecuali Bulungan dan Nunukan yang tinggi," katanya. Rata-rata indeks kekeringan yang berdasarkan angin, kelebaban dan curah hujan di sejumlah daerah di Kaltim mencapai 1000-1499 atau sedang. Indeks kekeringan yaitu 0-999 adalah rendah, 1000-1499 sedang, 1.500-1749 tinggi dan 1.750-2000 ekstrim. Berdasarkan data BMG di enam Kabupaten kota hingga tanggal 5 Juni 2006 indeks kekeringan di Kota Balikpapan 1278 (sedang), Tanjung Redep 1407 (sedang), Bulungan/Tanjung Selor 1651 (tinggi), Tarakan 212 (rendah) Nunukan 1562 tinggi dan Kota Samarinda 1034 (sedang). Ia mengatakan bahwa di Kaltim hanya enam daerah yang memiliki stasiun Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) yaitu Kota Balikpapan, Tanjung Redep ( Kabupaten Barau), Tanjung Selor (Kabupaten Bulungan), Kota Tarakan, Kabupaten Nunukan dan Kota Samarinda. Pemantauan Satelit NOAA Sementara berdasarkan pemantauan setelit National Oceanic And Atmosferic Administration (NOAA) pada 1 Juni 2006 terdapat titik api atau hot spot pada enam Kabupaten Kota di Kaltim, yaitu di Kabupaten Kutai Kartanegera (Kukar) satu titik, Kota Bontang terdapat dua titik. Kemudian Kabupaten Kutai Barat (Kubar) satu titik, Kota Tarakan satu titik, Kabupaten Panajam Paser Utara terdapat satu titik, dan di Kabupaten Kutai Timur terdapat satu titik. Kusnadi menjelaskan untuk mengantisipasi tingkat bahaya kebakaran hutan dan lahan maka dilakukan pemantauan sejumlah titik api atau hot spot pada musim kemarau. Kebakaran hutan hutan dapat disebabkan oleh pembakaran lahan perkebunan oleh sejumlah perusahaan maupun masyarakat, selain itu kebakaran bisa juga disebabkan oleh kandungan batu bara yang sudah mencuat kepermukaan. Batu bara ini dikenal sebagai "titik api abadi" karena dalam indeks ekstrim akan mengeluarkan bara sehingga bisa meenjadi "pemetik api" kebakaran hutan/lahan. Sejumlah titik api selalu dipantau oleh setelit, dan perlu mendapat perhatian dari pemerintah setempat karena rawan terjadi kebakaran hutan dan lahan. "Pengawasan itu akan dilanjutkan pernyaaan status Siaga Satu apabila sudah sampai rata-rata tingkat indeks ekstrim," katanya. "Biasanya pada musim kemarau dimanfaatkan oleh pengusaha perkebunan dan masyarakat dalam membuka lahan dengan cara membakar karena biaya yang dikeluarkan sangat rendah namun dampaknya bisa menyebabkan kebakaran hutan secara luas," kata Kusnadi. Namun, bukan tidak mungkin seluruh kawasan Kaltim berada dalam tahap ekstrim apabila kemarau berlanjut dalam beberapa bulan sehingga dinyatakan dalam status Siaga Satu Bahaya Kebakaran Hutan/Lahan. Kaltim yang menjadi langganan bencana kebakaran hutan/lahan pada setiap kemarau, dalam 30 tahun terakhir tercatat dua kali mengalami bencana terhebat pada 1982 dan 1998. Luas kebakaran hutan/lahan yang menjadi bencana nasional masing-masing pada 1982 mencapai 3,6 juta hektare dan 1998 mencapai 5,2 juta hektare dan terluas terjadi di Kaltim. (*)

Copyright © ANTARA 2006