Kairo (ANTARA News) - Polisi Mesir terlibat baku tembak Sabtu dengan para pendukung presiden terguling Mohammad Moursi yang berlindung di dalam satu masjid di Kairo, seorang koresponden kantor berita Prancis AFP melaporkan.

Bentrokan-bentrokan terjadi pada hari keempat pertumpahan darah antara kedua pihak.

Pemerintah sementara menyatakan 173 orang telah meninggal dalam kurun waktu 24 jam terakhir. Jumlah korban bertambah menjadi lebih 750 orang sejak Rabu, ketika bentrokan-bentrokan di seluruh negeri itu pecah dan sebanyak 578 orang meninggal setelah polisi membersihkan dengan kekerasan dua perkemahan para pendukung Moursi di ibu kota itu.

Tragedi di masjid Al Fath di lapangan Ramses, Kairo Tengah, mulai terjadi Jumat. Pasukan keamanan mengepung masjid itu tempat para pengunjuk rasa pro-Moursi berlindung dan meyakinkan mereka supaya meninggalkan masjid itu.

Di dalam masjid itu para pengunjuk rasa menjejerkan jasad-jasad puluhan rekan mereka sesama pengunjuk rasa yang terbunuh dalam aksi "Amarah Jumat".

Salah seorang pengunjuk rasa mengatakan kepada AFP lewat telepon bahwa mereka menuntut jangan ditangkap, atau diserang oleh warga sipil yang berada di luar masjid.

Hingga Sabtu siang, situasi berubah jadi tegang. Seorang wartawan AFP di tempat kejadian mengatakan sejumlah orang bersenjata di dalam masjid terlibat baku tembak dengan polisi di luar.

Koresponden itu mengatakan polisi menyerbu ke dalam masjid dan pasukan keamanan menembakkan gas air mata.

Dalam peristiwa itu mereka menarik tujuh atau delapan pria dan kemudian diserang warga dengan alat pemukul dari kayu dan besi.

Polisi menembakkan gas air mata ke udara dalam usaha membubarkan massa.

Seorang pewarta AFP melihat seorang pria yang mengenakan pakaian sipil terluka akibat tembakan polisi.

Kekerasan itu telah menyebabkan Mesir terbelah dan tidak pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah beberapa tahun terakhir.

Di luar masjid itu dan beberapa lokasi lainnya di Kairo, warga yang anti-Moursi menyasar para pengunjuk rasa yang pro-presiden terguling tersebut, sering karena berjanggut atau berjilbab.

Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2013