... itu kerusuhan terburuk di Singapura selama lebih dari 40 tahun... "
Jakarta (ANTARA News) - Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong, berjanji mengadili pihak-pihak terlibat kerusuhan di Little India, Singapura, tadi malam, yang menyebabkan sedikitnya 18 orang luka-luka.

Lee mengatakan, Senin (9/12), pemerintahannya berupaya mengenali pelaku dan memproses mereka sesuai hukum berlaku. Menurut dia, itu kerusuhan terburuk di Singapura selama lebih dari 40 tahun.

Pada Minggu malam, sekitar 400 buruh migran Asia Selatan marah terkait kecelakaan di jalan. Mereka melawan polisi dan membakar beberapa kendaraan, demikian dilansir Aljazeera.

Seorang polisi mengatakan, kejadian dimulai di kawasan Little India yang ramai ketika seorang pria India (33) tewas ditabrak bus yang dikendarai oleh orang Singapura.

Sepuluh polisi, empat staf pertahanan sipil, sopir bus dan kondektur merupakan para korban luka. Meski demikian, para korban tersebut tidak mengalami luka parah.



Polisi menangkap 27 orang Asia Selatan yang beberapa di antaranya melemparkan botol dan berbagai benda lainnya pada pihak berwenang yang mencoba menangani kejadian, kata Komisaris Polisi Ng Joo Hee.

Sementara Channel News Asia menunjukkan gambar kendaraan yang terbakar, satu mobil polisi dalam posisi menyamping dan orang-orang menyerang kaca depan bus dengan tongkat dan tempat sampah.

"Apapun yang memicu terjadinya kerusuhan , tidak ada alasan bagi perilaku kekerasan , merusak dan kriminal seperti ini," tulis Lee dalam sebuah pernyataan di halaman Facebooknya.

Aksi kekerasan itu dipicu perdebatan diantara kalangan warga Singapura di media sosial tentang masalah kepadatan penduduk dan penambahan jumlah buruh migran dan pekerja kasar untuk sektor konstruksi di Singapura.

Little India daerah yang dikenal ditempati orang-orang India, Bangladesh, Pakistan, Sri Lanka, dan Nepal. Di daerah tersebut terdapat sejumlah restoran, toko kelontong dan pusat perbelanjaan dan barang-barang lainnya yang diperuntukkan bagi orang-orang dari sejumlah negara itu.

Penerjemah: Anita P Dewi
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2013