Berdasarkan keterangan anaknya, korban kelelahan saat melakukan pendakian..."
Lumajang (ANTARA News) - Seorang pendaki bernama Endang Hidayat (53) yang beralamat Jalan Carita C Nomor 199 Blok VII RT 006, RW 008, Sepanjang Jaya Rawa Lumbu, Bekasi, Jawa Barat, meninggal saat mendaki di Gunung Semeru yang memiliki ketinggian 3.676 meter dari permukaan laut (mdpl).

"Pendaki itu meninggal di Watu Rejeng pada Rabu (25/12) malam, dan penyebab pastinya masih belum diketahui," kata Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Ayu Dewi Utari saat dihubungi dari Lumajang, Jawa Timur, Kamis.

Korban dan anaknya Danu Swandana bersama rombongan berjumlah 10 orang melakukan pendakian ke gunung tertinggi di Pulau Jawa tersebut pada Rabu (25/12) siang, dan meninggal di Watu Rejeng pada pukul 18.00 WIB saat dievakuasi petugas.

"Anak korban turun ke Pos Ranu Pani untuk memberitahu petugas TNBTS bahwa ayahnya sakit dan kondisinya kritis di Watu Rejeng, sehingga petugas langsung mengumpulkan tim untuk melakukan evakuasi terhadap korban Endang," tuturnya.

Menurut dia, tim evakuasi membawa korban ke Rumah Sakit Syaiful Anwar (RSSA) Malang untuk proses visum, sehingga diketahui penyebab meninggalnya pendaki asal Bekasi tersebut.

"Korban sudah dievakuasi di RSSA Malang pada Kamis pukul 01.00 WIB, namun keluarga keberatan untuk visum dan pihak keluarga sudah membawa jenazah korban untuk diterbangkan ke Jakarta," ucapnya.

Ayu mengaku belum mengetahui pasti penyebab meninggalnya Endang di jalur pendakian Semeru karena pihak keluarga ingin segera membawa jenazah ke rumah duka dan keberatan dengan proses visum korban.

"Berdasarkan keterangan anaknya, korban kelelahan saat melakukan pendakian di gunung yang memiliki ketinggian 3.676 mdpl dan diduga korban mengalami serangan jantung, sehingga menghembuskan napas terakhirnya di Watu Rejeng saat proses evakuasi," ujarnya.

Ia mengimbau, para pendaki tidak memaksakan diri untuk melakukan pendakian di gunung yang berada di perbatasan Lumajang-Malang itu, apabila kondisi fisiknya tidak kuat dan memiliki penyakit tertentu yang bisa kambuh sewaktu-waktu karena dapat membahayakan keselamatan pendaki yang bersangkutan. (*)

Pewarta: Fiqih Arfani
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2013