Mamuju, Sulbar (ANTARA News) - Asisten I Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat mengatakan, burung Maleo makin sulit ditemukan di Kabupaten Mamuju Tengah (Mateng) Provinsi Sulbar, sehingga perlu segara dilakukan gerakan untuk melestarikannya.

"Keberadaan satwa langka burung Maleo, kini terancam punah karena hewan khas yang hanya terdapat di pulau Sulawesi ini semakin sulit ditemukan di habitatnya," katanya di Mamuju, Jumat.

Ia mengatakan, kondisi itu tidak bisa dibiarkan sehingga mesti dibuat peraturan daerah (Perda) untuk melindungi satwa langka Maleo itu.

"Mateng yang baru terbentuk menjadi daerah otonom baru tahun ini, mesti menyusun Perda untuk melindungi burung Maleo, agar masyarakat tidak lagi memburunya mengambil telurnya, yang dapat mengancam kepunahannya," katanya.

Menurut dia, Pemkab Mateng juga mesti punya rencana membangun areal hutan yang dapat menjadi tempat hidup burung Maleo  atau sebagai habitat barunya yang jauh dari masyarakat yang dapat mengusiknya.

Ia juga meminta agar eksploitasi hutan bakau tempat Maleo hidup dihentikan, sebagain bagian dari bentuk pelestarian alam.

Jamil mengatakan, dulu banyak burung Maleo di sejumlah pesisir pantai Mateng, namun kini sulit untuk menemukan populasi Maleo.

"Habitat spesies endemik kedua setelah hewan Anoa di pulau Sulawesi ini dulunya banyak dijumpai di Tanjung Labuang Patagang, Desa Kambunong, Kecamatan Budong-Budong Kabupaten Mateng," katanya.

Menurutnya, burung Maleo yang mendiami kawasan tanjung berpasir putih itu sebelumnya agak sulit diusik manusia karena takut dengan serangan nyamuk yang cukup "ganas", namun kini habitatnya hampir hilang.

Pewarta: M Faisal Hanapi
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2014