Sekitar 60 miliar Yen dari pinjaman yang diberikan oleh Jepang itu akan disalurkan ke proyek konservasi energi...
Tokyo (ANTARA News) - Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, akan mengumumkan pemberian pinjaman berbunga rendah kepada India senilai 210 miliar yen (Rp24,4 triliun) dalam kunjungannya ke India, menemui PM India, Manmohan Singh, akhir pekan ini.

Berdasarkan laporan surat kabar ekonomi Nikkei, pemerintah Jepang akan memberikan pinjaman sebesar 210 miliar Yen itu untuk pembangunan jalur kereta bawah tanah dan proyek-proyek konservasi energi. Kedua pemimpin negara akan mengadakan pembicaraan pada Sabtu (25/1).

Perusahaan-perusahaan Jepang sejauh ini terlibat dalam proyek-proyek perluasan sistem kereta bawah tanah New Delhi. Namun, kompetisi untuk proyek infrastruktur di India menjadi intensif, terutama dengan kehadiran perusahaan-perusahaan Korea Selatan dan Eropa dalam kompetisi tersebut.

Menurut harian Nikkei, PM Abe berharap melalui pinjaman tersebut dapat mendukung perusahaan-perusahaan Jepang, yakni dengan menciptakan kondisi yang membuat perusahaan Jepang lebih mudah untuk memenangkan tender untuk proyek-proyek di India.

Sekitar 60 miliar Yen dari pinjaman yang diberikan oleh Jepang itu akan disalurkan ke proyek konservasi energi, termasuk pengembangan pembangkit listrik tenaga surya dan tenaga angin melalui perusahaan yang didukung pemerintah India untuk menangani proyek-proyek energi terbarukan.

Kementerian Luar Negeri Jepang mengatakan Jepang dan India telah membahas kerjasama ekonomi antara kedua negara tersebut, tetapi sejauh ini belum ada hal-hal yang diputuskan secara resmi.

PM Abe, yang didampingi delegasi bisnis Jepang, akan memulai kunjungan selama tiga hari ke India pada Sabtu (25/1).

Sejak menjabat sebagai perdana menteri pada Desember 2012, Abe telah melakukan banyak perjalanan ke beberapa negara di dunia, dalam sebagian perjalanannya ia berperan sebagai "salesman-in-chief" untuk Jepang.

Namun, Abe juga melakukan kunjungan-kunjungan untuk membangun dan memperkuat hubungan Jepang dengan negara lain guna mengimbangi kebangkitan China.

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014