Bandung (ANTARA News) - Jejak sejarah kantor perwakilan Bank Indonesia wilayah VI di Bandung kini dapat terlacak melalui memorabilia yang terletak di bagian depan gedung lama kantor ini.

Ruang memorabilia ini menyimpan sejumlah panel yang berisi sejarah khususnya ekonomi perbankan dan pembayaran mulai dari masa Bank Indonesia (BI) masih bernama De Javasche Bank (DJB) pada 1918 hingga bernama BI seperti sekarang.

Termasuk saat DJB di masa Perang Dunia II yang menjadi pertahanan terakhir di bawah pendudukan Jepang. Kemudian saat, terjadinya peristiwa "Bandung Lautan Api", di bawah pendudukan NICA, hingga nasionalisasinya menjadi BI.

Tak lupa sejumlah alat yang digunakan pihak DJB saat itu dipamerkan di ruang ini. Di antaranya, alat remise atau pendistribusian uang secara fisik dari kantor pusat BI ke Kantor Perwakilan BI di daerah, mesin sandi, timbangan berkel dan mesin tik Hermes.

Kemudian, ada juga koleksi numismatika, mulai dari masa kerajaan dan perdagangan nusantara, masa kolonial,awal kemerdekaan, dan numismatika BI yang tersimpan dalam ruang memorabilia ini.

Memorabilia juga memuat sejarah arsitektur gedung kantor yang bergaya neo klasikal Eropa hasil rancangan dari biro arsitek Hulswit, Fermont & (Edward) Cuypers.

Gedung ini mulai melakukan renovasi sejak 1982 tanpa mengubah bentuk fisik asli dengan menambah bangunan di lantai dua. Bangunan luar, termasuk pilar-pilar dan ukiran-ukirannya masih mempertahankan bentuk lama.

Ukiran-ukiran ini memadukan budaya Eropa dan lokal. Hanya bagian dalam yang mengalami renovasi, karena kebutuhan operasional. Bila bagian depan gedung digunakan sebagai ruang memorabilia, sementara ini bagian belakang gedung kantor masih digunakan sebagai ruang kerja pegawai BI.

 Inilah mengapa saat ini, sekalipun telah ditetapkan sebagai benda cagar budaya, gedung lama kantor BI ini belum bisa 100 persen dibuka untuk umum.

"Saat ini masih diatur, apakah akan terbuka hanya untuk mahasiswa atau masyarakat umum. Karena sebagian gedung masih dipergunakan sebagai ruang kerja, sehingga tidak bisa dibuka untuk umum 100 persen," ujar Kepala Kantor Perwakilan BI Wilayah VI, Dian Ediana Rae sebelum peresmian gedung BI sebagai cagar budaya, di Bandung, Senin.

Dian berharap, melalui memorabilia ini, pada nantinya masyarakat dapat memahami sejarah keberadaan, peran dan kedudukan kantor BI Bandung, yang pada akhirnya membuat mereka merasa memiliki gedung ini.(*)

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014