Batam (ANTARA News) - Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam menilai industri manufaktur di kawasan itu masih kompetitif ditandai banyaknya kontrak-kontrak produksi baru oleh perusahaan manufaktur.

"Industri manufaktur konsumennya masih ada, masih kompetitif," kata Kepala BP Batam Mustofa Widjaya di Batam, akhir pekan.

Salah satu tandanya, kata Mustofa, yaitu produksi ponsel, komputer jinjing dengan teknologi terkini yang dikerjakan PT Satnusa Persada dengan kontrak dengan beberapa perusahaan lain.

Memang, kata dia, ada penurunan ekspor dari industri itu, seiring dengan pergeseran tren elektronik dunia. Hal itu pun menyebabkan Kementerian Koordinator Perekonomian meminta agar BP Batam lebih fokus pada pengembangan industri alat berat dan galangan kapal.

Mustofa mengakui persaingan industri manufaktur dengan kawasan lain di Asia Pasifik semakin ketat, sehingga perlu ada spesifikasi untuk pengembangan Batam.

"Roadmap-nya jelas. Yang ada (manufaktur-red), tetap dikembangkan," kata dia.

Ia mengatakan perlu strategi khusus untuk mengembalikan gairah industri manufaktur di Batam, demi memenangkan persaingan dengan kawasan sejenis di Malaysia, Vietnam dan Thailand.

Mustofa berharap perusahaan-perusahaan manufaktur bisa mengambil pasar yang lebih besar, karena persaingan semakin ketat.

Pelaku industri manufaktur, Direktur Utama PT Satnusa Persada, Abidin Hasibuan mengakui persaingan manufaktur semakin ketat.

Menurut dia, pelaku usaha membutuhkan dukungan berbagai insentif dari pemerintah agar dapat menekan biaya produksi hingga memenangkan persaingan.

Jika biaya produksi dapat ditekan, maka otomatis akan menekan biaya dan berujung pada daya saing yang lebih kuat.

Ia mengatakan perusahaannya bisa mendapatkan kontrak produksi ponsel 4G pertama di Indonesia karena dilengkapi berbagai mesin berteknologi terkini yang dapat bekerja efektif dan efisien.

Mesin itu juga efisien dalam memangkas ongkos tenaga kerja karena mengurangi kerja manusia.

"Untuk memproduksi 100 k (kilo/ribu-red) per bulan hanya membutuhkan 150 orang pekerja," kata dia.

Pewarta: Jannatun Naim
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014