Jakarta (ANTARA News) - Moroko dan Indonesia memperkuat komitmennya untuk mengembangkan kerja sama tidak terbatas hanya pada perdagangan tetapi juga memberikan perhatian pada kerja sama di bidang pariwisata, kata Duta Besar Maroko untuk Indonesia, Mohamed Majdi, di Jakarta, Jumat.

"Kedua negara akan fokus pada pertukaran pengalaman dan keahlian, mendorong para operator perjalanan wisata untuk bekerja sama dan juga menyelenggarakan misi-misi muhibah yang menguntungkan investor swasta dan operator," kata Dubes Majdi ketika berbicara dengan sejumlah anggota Persaudaraan Jurnalis Muslim Indonesia (PJMI), pengusaha, akademisi dan mahasiswa pada forum "Ramadhan Dialogue Series".

PJMI bekerja sama dengan Pusat Kajian Asia Tenggara (CSEAS) Indonesia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah menyelenggarakan forum tersebut yang bertema "Current Economic and Social Development in Africa". Wakil Direktur Badan Pengkajian dan Penelitian Kebijakan (BPPK) Kementerian Luar Negeri B. Dharmawan, Direktur Eksekutif CSEAS DR. Arisman, wartawan senior Parni Hadi dan Ketua PJMI Mohammad Anthoni menghadiri pertemuan tersebut.

Lebih jauh Dubes Majdi mengatakan, perusahaan-perusahaan dari kedua negara yang bergerak di sektor perjalanan dan wisata akan mengikuti pelatihan untuk meningkatkan kualitas mereka.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Marie E. Pangestu telah mengambil keputusan pada Maret tahun lalu dan mitra sejawatnya dari Maroko akan menandatangani satu persetujuan yang akan berlaku dalam waktu dekat.

Menyinggung perdagangan antara Maroko dan Indonesia, Dubes Majdi mengatakan trennya positif dan meningkat.

"Tapi volume dan nilai perdaganganya masih rendah dan tidak mencerminkan harapan dan potensi yang dimiliki kedua negara," kata dia.

Volume perdagangan kedua negara telah meningkat dari 35,99 juta dolar pada 2013 menjadi 119 juta dolar pada 2007 dan mencapai 277 juta dolar pada 2012.

Indonesia mengimpor pupuk, bahan kimia, alat-alat besi dan besi baja dari Maroko sementara mengekspor kopi, karet alami, perlatan kaca, minyak kelapa sawit, rempah-rempah, teh, furnitur dan pakaian jadi.

Menurut dia, pemerintah dari kedua negara menyadari situasi ini dan melakukan berbagai usaha untuk memperbaiki hubungan perdagangan melalui kontak-kontak antara para pengusaha dan organisasi-organisasi forum ekonomi.

Sejak 2010 pengusaha Maroko mengunjungi Indonesia sedikitnya sekali dalam setahun untuk mengikuti Jakarta Fair dan mempergunakan kesempatan ini mengunjungi wialayah-wilayah lain di Indonesia dan bertemu dengan para mitranya.

Delegasi Kadin Surabaya yang dipimpin Jamal Ghozi yang juga Konsul Kehormatan Maroko di Surabaya mengunjungi Maroko baru-baru ini.

Kunjungan itu ditindaklanjuti oleh penyelenggaraan pertemuan bertema "Opportunities and Challanges for Strengthening Trade Relations bentween Indonesia and Morocco di Rabat, ibu kota Maroko. Dalam forum itu, para pengusaha Indonesia memamerkan berbagai produk berkualitas kepada warga Maroko.

"Penyelenggaraan berbagai forum mereflesikan keinginan Indonesia yang ekonominya berkembang cepat di Asia untuk memperluas pasar non tradisional seperti Afrika, Eropa Timur dan Amerika Latin. Hal itu juga mencerminckan kemauan para investornya untuk aktif di luar negeri," kata Dubes majdi.

Dia mengatakan Maroko dengan penduduk 32 juta jiwa dan pendapatn per kepala lebih 5.000 dolar AS bisa menjadi pangkalan bagi Indonesia untuk memasuki pasar yang lebih besar di Uni Eropa dan Amerika Utara.

Maroko memiliki Perjanajian Perdagangan Bbas (FTA) dengan AS, Uni Eropa, Turki, Uni Emirat Arab, Jordania, Mesir, Tunisia dan saat ini sedang dalam negosiasi dengan Kanada.  (M016/Z002)

Pewarta: Mohammad Anthoni
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014