Beijing (ANTARA News) - Polisi di Tiongkok bagian selatan menembak mati dua warga Uighur yang berusaha menyeberangi perbatasan untuk mencapai Vietnam, menurut media pemerintah, Senin.

Sementara itu kelompok-kelompok hak asasi manusia mengatakan represi di kampung halaman menyebabkan anggota etnis minoritas itu melarikan diri.

Petugas menemukan sekelompok warga Uighur di dekat gerbang tol jalan raya dan dua orang yang "menyerang" para petugas dengan pisau ditembak mati, kata media yang dikelola pemerintah, China News Service.

Uighur adalah etnis minoritas berbahasa Turki dan sebagian besar beragama Islam. Kampung halaman etnis Uighur yang kaya sumber daya alam, Xinjiang, telah dilanda serangan yang intensif dan makin canggih, terkadang bahkan di luar kawasan itu.

Dua orang ditahan sementara polisi masih mencari orang kelima di kota Pingxiang di wilayah selatan Guangxi, menurut laporan Kantor Berita Xinhua, seperti dikutip AFP.

Telepon dari kantor berita AFP pada biro keamanan umum kota Pingxiang tidak dijawab.

Sedikitnya 200 orang tewas dalam serangkaian bentrokan selama tahun lalu yang terkait dengan Xinjiang. Pihak berwenang menyalahkan ekstremis agama dan separatis atas kasus-kasus itu.

Kelompok-kelompok HAM menyatakan bahwa perlakuan polisi yang keras pada etnis minoritas Uighur, serta kampanye pemerintah dan larangan terhadap praktik-praktik keagamaan seperti mengenakan kerudung, telah menyebabkan terjadinya aksi kekerasan.

"Tiongkok menggunakan cara ekstrem seperti menembak dan membunuh orang-orang ini untuk mengintimidasi warga Uighur lain yang ingin melarikan diri," kata Dilxat Raxit, juru bicara Kongres Uighur Dunia yang bermarkas di Munich.

"Ada hubungan langsung antara kebijakan represif Tiongkok dan peningkatan percobaan melarikan diri."

Ratusan orang yang diyakini warga Uighur ditahan di Thailand tahun lalu. Mereka mengklaim sebagai warga negara Turki untuk menghindari dikirim kembali ke Tiongkok. Pihak berwenang Tiongkok melancarkan tindakan keras terhadap imigrasi ilegal paskakasus itu.

Warga Uighur terkadang ditolak permohonan paspornya oleh petugas dan telah berusaha untuk menyeberangi perbatasan selatan Tiongkok, di mana jaringan penyelundupan manusia beroperasi. Perbatasan militer Xinjiang dan daerah pegunungan yang keras juga mencegah migrasi ilegal langsung ke Asia Tengah.

Beijing telah menanggapi aksi kekerasan terkait Xinjiang dengan tindakan keras dalam beberapa bulan terakhir, dimana ratusan penangkapan dilakukan dan sekitar 50 eksekusi dan hukuman mati diumumkan sejak Juni.

(Uu.G003)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015