Jakarta (ANTARA News) - Anggota Komisi VI DPR Bali, Gde Sumarjaya Linggih mengatakan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) harus segera memanfaatkan energi terbarukan.

Sebab, selama ini bahan bakar minyak atau energi fosil masih digunakan PLN dalam mengoperasikan perusahaannya, kata Sumarjaya dalam laman dpr.go.id yang dikutip, Senin.

"Energi terbarukan yang melimpah di Tanah Air harus segera dimanfaatkan untuk mengganti ketergantungan PLN pada energi fosil," kata Gde Sumarjaya dalam kunjungan kerja spesifik di Bali, Jakarta, Senin.

Dalam pertemuan tim Komisi VI di PLN Unit Pembangkitan Bali, Sabtu (14/2), Gde mengatakan, energi terbarukan itu bisa berasal dari sampah yang menggunung di beberapa tempat di Bali. Bila PLN sudah mampu melepas ketergantungannya pada BBM, itu bisa sangat menguntungkan bagi PLN sendiri.

"Sampah itu sumber energi yang bisa kita manfaatkan menjadi energi terbarukan. Untuk itu, saya berharap program kita ke depan, energi terbarukan harus segera dimulai karena semakin lama energi terbarukan akan semakin murah. Ketika perkembangan teknologi semakin maju, maka pemanfaatan energi terbarukan akan semakin murah, efisien, bahkan lebih murah daripada energi fosil," papar Gde Sumarjaya.

Di negara-negara maju, pemanfaatan energi terbarukan sudah dilakukan dan perkembangan sangat cepat. Energi itu bisa bersumber dari energi matahari, sampah (metan), dan arus laut, katanya.

"Program mengganti energi fosil dengan energi terbarukan harus segera dilakukan, agar pemanfaatan teknologi apa pun jadi kian murah. Saya berharap ini menjadi program utama. Melihat sumber daya alam kita berupa matahari yang bersinar sepanjang tahun, air bawah laut kita yang banyak membawa arus, dan sampah-sampah, masih belum dimanfaatkan secara maksimal," ujar politisi Partai Golkar tersebut.

Bila kelak PLN sudah menggunakan energi terbarukan, dana subsidinya bisa dialihkan ke sektor lain untuk menstimulus pertumbuhan ekonomi nasional.

Dengan energi terbarukan, operasional produksi di PLN jadi sangat murah sekaligus menghasilkan keuntungan yang jauh lebih besar.

"Kalau kita bisa membeli lebih murah daripada menjualnya, tentu ini jadi sesuatu yang baru di PLN. Ada surplus di PLN dan bisa menyetor bagi kepentingan pemerintah dalam mengelola APBN," demikian Gde Sumarjaya.

Pewarta: Zul Sikumbang
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015