Sarilamak, Sumatera Barat (ANTARA News) - Keluarga pahlawan nasional Republik Indonesia Ibrahim (Datuak Sutan Malaka) atau Tan Malaka menyayangkan peneliti sejarah yang melakukan pembuktian perjuangan Tan Malaka --Harry A Poeze-- adalah orang asing, bukan dari Indonesia.

"Meskipun keluarga berterima kasih terhadap penelitian yang dilakukan sejarawan asal Belanda Harry A. Poeze. Namun akan lebih bermakna jika kisah pejuang Indonesia dilakukan oleh anak bangsa sendiri," kata cucu Tan Malaka, Indra Ibnu Pratama (46), di Sarilamak, Rabu.

Menurut dia, pemerintah tidak pernah mencoba mengungkapkan cerita Tan Malaka sedetail mungkinm bahkan pada masa Orde Baru dihilangkan dari sejarah.

"Pada Orde Baru namanya dihilangkan tanpa alasan dan bukti yang jelas, namun setelah itu Harry A. Poeze yang tetap konsisten meneliti untuk mengungkap sosok Tan Malaka," kata Indra.

Ia menceritakan Harry sudah empat kali mendatangi tempat kelahiran Tan Malaka di Kenagarian Pandam Gadang, Kecamatan Gunuang Omeh, Kabupaten Limapuluh Kota.

"Kedatangan pertama ketika saya masih berumur tujuh tahun. Saat penemuan makam di Selopanggung, Jawa Timur, saya juga pergi dengannya," jelasnya.

Ia mengatakan satu-satunya bekas perhatian pemerintah pada rumah itu adalah pengesahan ranji berbentuk baliho yang ditanda tangani pada 2005.

"Pemkab Limapuluh Kota melakukan pengesahan dengan menandatangani ranji pada 2005, selain itu belum ada lagi," katanya.

Rumah gadang Tan Malaka dijadikan museum pada 2002 dan sejak itu telah mengalami beberapa kali perbaikan dengan dana swadaya dari keluarga.

Harry A. Poeze yang menghabiskan lebih 36 tahun untuk meneliti Tan Malaka, telah mengeluarkan empat buku tentang perjalanan hidup, perjuangan, pemikiran, pahlawan nasional asal Minang itu.

Pewarta: Junisman
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015