Peningkatan kasus kekerasan memang naik dan seperti gunung es, hal ini karena paradigma medidik anak sudah keliru sejak dulu,"
Cirebon (ANTARA News) - Anggota Dewan Pembina Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Seto Mulyadi yang akrab disapa Kak Seto di Cirebon, Jawa Barat, mengatakan, kasus kekerasan pada anak dari tahun ketahun menunjukan peningkatan yang cukup siginfikan seperti fenomena gunung es.

"Peningkatan kasus kekerasan memang naik dan seperti gunung es, hal ini karena paradigma medidik anak sudah keliru sejak dulu," katanya saat ditemui wartawan setelah menjadi narasumber seminar Parent Gathering di Cirebon, Rabu.

Bahkan, jumlah kasus kekerasan pada anak yang dilaporkan oleh lembaga-lembaga pendidikan sangat tidak selaras dengan fakta yang ada dilapangan yang menunjukan adanya peningkatan.

Dijelaskannya, meingkatnya angka kekerasan pada anak tersebut, terjadi karena adanya peningkatkan kesadaran untuk berani melaporkan tindakan kekerasan.

Laporan kepada lembaga-lemabaga perlindungan anak dan pihak kepolisian dan itu menunjukan adanya kemajuan berani melapor.

"Sekarang ini kan menunjukan peningkatan, itu dikarenakan masyarakat sudah berani melapor," tuturnya.

Untuk menekan tingginya angka kekerasan pada anak yang terjadi hampir disetiap daerah di Indonesia, selain melakukan kampanye terus menerus. Langkah lainnya adalah dengan cara melibatkan masyarakat di lingkungan untuk turut serta dalam mendidik dan melindungi anak-anak.

"Bukan hanya di lingkungan keluarga, tetapi dalam upaya menekan tingginya angka kekerasan pada anak itu harus juga melibatkan RT dan RW," katanya.

Ia mnambahkan seharusnya dilingkungan RT atau RW dibentuk lembaga khusus Satuan Petugas (Satgas) ada seksie khusus tentang perlindungan anak. Seperti yang dilakukan di lingkungannya.

"Kan saya ketua RW, dan Kota yang pertama memberlakukan itu adalah Kota Tangerang Selatan. Kami juga mendapatkan Rekor Museum Indonesia (Muri) karena memberlakukan system itu," tambahnya.

Ia juga berharap, Kota Cirebon bisa meniru apa yang dilakukan oleh Kota Tangeran Selatan. Jika Kota Cirebon melakukan hal tersebut maka, Cirebon merupakan kota kedua yang melibatkan lingkungan RT dan RW dalam mendidik dan melindungi anak-anak agar terhindar dari kekerasan.

"Jika ada yang mendengar atau melihat tetangga memukuli ankanya, segeralah melapor ke RT atau RW. Kalau ada Satgas khusus kan enak. Masa iya, urusan banjir ada satgasnya, urusan DBD juga ada satgasnya, kok kenapa untuk anak tidak ada," pungkasnya.

Pewarta: Khaerul Izan
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016