... empat ini masih kami teliti. Karena begini, masih melihat apakah ini ada kaitan politik atau sekadar masalah uang tebusan seperti di Somalia. Masih didalami...
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Luhut Pandjaitan, mengatakan, hingga saat ini pemerintah masih melacak keberadaan empat WNI yang diculik di perairan perbatasan Malaysia dan Filipina pada 16 April 2016.

Sudah dua kali terjadi penculikan atas WNI yang berprofesi sebagai pelaut, yang sedang berlayar dari dan menuju perairan Indonesia, di perairan Laut Sulu, di wilayah Filipina. 

Yang pertama adalah pada pembajakan kapal tunda Brahma 12 dan kapal tongkang Anand 12 yang berlayar dari Banjarmasin ke Filipina pada 15 Maret 2016. 10 WNI disandera kelompok Abu Sayyaf, di Filipina selatan. 

Kemudian disusul pembajakan terhadap kapal tunda Henry dan kapal tongkang Cristi yang berlayar dari Cebu, Filipina, ke Tarakan, Kalimantan Utara, pada 15 April 2016. 

Pada pembajakan dan penculikan terakhir ini, 10 anak buah kapal ada di dalam kapal itu. Satu di antaranya tertembak, lima orang selamat dan empat pelaut WNI disandera, sedangkan identitas kelompok penyandera belum diketahui pasti.

"Yang empat ini masih kami teliti. Karena begini, masih melihat apakah ini ada kaitan politik atau sekadar masalah uang tebusan seperti di Somalia. Masih didalami," ujar Pandjaitan, di Jakarta, Kamis.

Guna mengantisipasi kejadian serupa tidak terulang, dia mengatakan, menteri luar negeri dari tiga negara yaitu Indonesia, Malaysia, dan Filipina, akan bertemu pada 3 Mei 2016.

"Ada juga pertemuan Panglima TNI, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, dengan panglima angkatan bersenjata dari Malaysia dan Filipina," ujar Pandjaitan. 

Yang diagendakan dalam pertemuan Nurmantyo dengan kedua koleganya itu, kata Pandjaitan, kerja sama keamanan untuk merespons penculikan yang disertai penyanderaan sejumlah WNI itu, selain patroli bersama. 

"Yang akan dibicarakan kemungkinan mengenai pelaksanaan patroli bersama untuk menghindari tindakan-tindakan seperti di perairan Somalia," ujar pensiunan letnan jenderal TNI AD yang banyak berkarir di lingkungan Komando Pasukan Khusus TNI AD itu. 

Pewarta: Roy Bachtiar
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016