Palembang (ANTARA News) - Pesatnya perkembangan agama Islam di era Kesultanan Palembang menjadikan kota ini menyimpan banyak arkeolog dan bangunan bersejarah, seperti masjid tua yang salah satunya adalah Masjid Lawang Kidul.

Masjid Lawang Kidul yang berdiri pada tahun 1890 ini banyak memegang peran penting baik sebagai pusat penyebaran Islam maupun dijadikan markas para pejuang setempat dalam mengusir penjajah, kata KH Masyur, pengurus Masjid Lawang Kidul di Palembang, Kamis.

Ia menjelaskan, Masjid Lawang Kidul adalah salah satu masjid tertua di Kota Palembang Sumatera Selatan.

Masjid ini terletak di bantaran Sungai Musi, yakni semacam tanjung yang terbentuk oleh pertemuan dengan muara Sungai Lawang Kidul tahun 1310 Hijriyah atau pada tahun 1890 Masehi.

Selain menjadi tempat syiar berkembangnya Islam di masa Kesultanan Palembang Darussalam, masjid ini memegang peran penting yaitu menjadi markas para pejuang saat menghadapi kolonial Belanda.

Material masjid ini terbuat dari campuran batu kapur dengan putih telur dan pasir sehingga mampu mempertahankan lamanya usia bangunan hingga sekarang termasuk material lainnya adalah kayu unglen sebagai unsur tiang, pintu, atap dan jendela.

Ia menjelaskan, seluruh tiang masjid berbentuk segi delapan dengan empat penyangga atap sepanjang 20 meter yang disusun tanpa sambungan. Sedangkan pilar utama terdiri atas empat saka guru setinggi delapan meter dengan 12 pilar pendamping setinggi enam meter.

Selanjutnya, bangunan induk masjid sebagian besar tetap terjaga keasliannya, bahkan terdapat satu unit mimbar tetap kokoh seperti awal mula masjid ini berdiri dengan ukuran kayunya membentuk sulur-sulur bunga sangat kental dengan budaya melayu.

"Lawang Kidul adalah nama yang sudah sangat melekat dan dikenal masyarakat sekitar dan pada saat itu kiai yang mendirikan pun menamakannya serupa karena kebetulan daerah ini menjadi pintu selatan berkembangnya Islam pada masa Kesultanan Palembang Darusslam," kata KH Mansyur.

Menurut dia, ada ciri khas khusus terdapat pada Masjid Lawang Kidul, yakni menara masjid memiliki tiga undakan bagian tubuh menara. Sedangkan atapnya melebar memayungi ruangan utama dengan arsitek Tiongkok yang berpadu dengan melayu.

Bangunan masjid sebenarnya hampir sekitar 99 persen masih merupakan bangunan asli belum ada yang diganti, hanya saja dilakukan penambahan seperti keramik di bagian utama lantai.

Menurut KH Mansyur, tak hanya menjadi kebanggaan masyarakat Sumatera Selatan karena di tempat masjid inilah ajaran Islam disebarluaskan dan berkembang dengan sangat baik oleh para saudagar maupun pendatang.

Bahkan kini menjadi salah satu destinasi wisata religi yang banyak dikunjungi oleh sebagian besar turis negara-negara Islam di dunia setiap tahunnya, seperti dari Brunei Darussalam, Malaysia dan Arab Saudi.

Pewarta: Evan/Suparni
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016