Mina (ANTARA News) - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin melontar jumrah aqabah bersama jamaah Indonesia sesuai jadwal yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Arab Saudi yaitu di luar pukul 07.00-10.30 waktu Arab Saudi pada 10 Dzulhijah atau 12 September.

Dengan berjalan kaki dari Kantor Daerah Kerja Mekkah di Syisyah, Menag menuju Jamarat untuk melempar jumroh melalui Terowongan Malik Fadh dengan didampingi sejumlah anggota Amirul Haj.

Di sepanjang perjalanan beberapa jamaah berebut untuk berfoto dan bersalaman dengan Menag, termasuk sekelompok ibu-ibu dari Jawa Barat yang berlarian mengejarnya dengan membawa telepon genggam.

"Sudah melontar?" tanya Menag, yang dijawab dengan antusias oleh para jamaah.

Tidak hanya berfoto, seorang jamaah bahkan menghentikan perjalanan Menag dan rombongan untuk melaporkan anggotanya yang sakit.

Ia kemudian langsung memerintahkan petugas untuk menangani jamaah tersebut yang kelelahan.

Untuk mencapai Jamarat dari Mina, rata-rata jamaah harus menempuh perjalanan minimal tujuh kilo meter pergi pulang.

Bagi jamaah dengan kondisi kesehatan tidak prima berjalan sejauh itu di bawah terik matahari akan sangat menguras tenaga.

Jamaah juga rentan dehidrasi karena tidak terlalu banyak pemberhentian untuk menambah air minum.

Di sepanjang perjalanan sejumlah jamaah lanjut usia atau resiko tinggi terlihat kelelahan atau mengalami gangguan kesehatan sehingga petugas terlihat hilir mudik membawa mereka ke klinik terdekat.

Sebelumnya ketua Konsultan Bimbingan Ibadah Daerah Kerja Mekkah Prof. Aswadi telah menganjurkan para jamaah lanjut usia atau beresiko tinggi untuk tidak melontar jumroh dan menitipkan kepada anggota kelompoknya yang dinilai mampu untuk mengantisipasi kerawanan.

Namun sayangnya banyak jamaah yang masih memaksakan diri. "Sudah menunggu enam tahun. Ingin tahu Jamarat itu," kata Rodiah (62), jamaah yang berangkat dari embarkasi Solo. Nenek tersebut terlihat beberapa kali berhenti untuk beristirahat sebelum kemudian melanjutkan perjalanan.

"Jauh sekali tapi untung tidak panas dan tidak penuh " katanya. Ia beserta rombongannya berangkat dari penginapan mereka dari Sektor Lima pada pukul 17.00 waktu Arab Saudi sehingga ketika tiba di Jamarat matahari telah turun. Situasi yang tidak terlalu padat membuat Rodiah bisa berdiri tepat di depan tugu batu Jamarat untuk memastikan lontarannya mengenai sasaran.

Hingga malam hari, jamaah Indonesia secara bertahap melakukan lontar jumroh sesuai jadwal yang telah ditetapkan demi keamanan. Mereka diberangkatkan per kelompok terbang (kloter).

Bersama jamaah Indonesia tampak jamaah-jamaah dari seluruh negara-negara Asia Tenggara di lantai tiga Jamarat petang itu.

Untuk alasan keamanan, jamaah negara-negara Asia Tenggara memiliki rute dan jadwal melontar yang sama karena rata-rata memiliki postur sama dan lanjut usia.



Macet



Setelah selesai melontar, Menag beserta rombongan kemudian mabit atau menginap di Mina hingga lewat tengah malam.

Pada Selasa (13/9) pukul 00.30 waktu Arab Saudi rombongan Menag meninggalkan Mina menuju Kantor Daerah Kerja Mekkah dengan menggunakan mini bus.

Namun mengingat setiap musim haji banyak jalan yang ditutup dan letak Kantor Daerah Kerja Mekkah yang tepat di mulut terowongan Malik Fadh maka perjalanan yang biasanya hanya ditempuh kurang dari 15 menit tersebut membutuhkan waktu lebih dari 1,5 jam. Itu pun pada 300 meter terakhir Menag harus berjalan kaki.

Kemacetan yang luar biasa tersebut juga membuat proses memulangkan jamaah tersesat ke tendanya di Mina bisa memakan waktu yang lama karena mini bus pengangkut jamaah terjebak macet.

Akibatnya hingga pukul 02.00 waktu Arab Saudi sekitar 10 jamaah masih berada di Kantor Daker Mekkah.

Menurut seorang petugas pelayanan umum, jamaah yang rata-rata berusia lanjut tersebut telah tertidur ketika mobil jemputan tiba untuk mengantar mereka pulang ke tenda.

"Kasihan jika dibangunkan jadi akan kami antar besok pagi," katanya.

Pewarta: Gusti NC Aryani
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2016