Bojonegoro (ANTARA News) - Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bengawan Solo di Bojonegoro, Jawa Timur, menyatakan banjir luapan Bengawan Solo mulai surut di Bojonegoro pada Senin pukul 07.00 WIB.

"Ketinggian air di hilir, Jawa Timur, karena di daerah hulu juga lokal tidak terjadi hujan, padahal sebelumnya sempat lebih dari 14 meter (siaga II)," kata Petugas Posko UPT Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bengawan Solo di Bojonegoro Budi Indro Prasetyo, Senin.

Apalagi, menurut dia sekarang ini ketinggian air Bengawan Solo di hulu Ngawi dan Jurug, Solo, Jawa Timur, dalam sehari turun di bawah siaga banjir.

"Ketinggian air di Ndungus, Ngawi, di bawah siaga banjir 3 meter, pukul 06.00 WIB," kata Petugas UPT Pengelolaan Sumber Daya Air di Ngawi Andik.

Sesuai data, ketingian air di hilirnya, Babat, Laren, Karanggeneng, dan Kuro, Lamongan, juga berangsur-angsur surut, yang semula siaga II menjadi I, masing-masing 7,52 meter, 5,45 meter, 4,20 meter dan 2,12 meter.

"Sepanjang hari ini tidak hujan maka Bengawan Solo di hilir Jatim akan terus turun," tuturnya.

Meski demikian, menurut dia dibenarkan Kasi Logistik dan Prasarana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro MZ. Budi Mulyono, kewaspadaan menghadapi ancaman banjir luapan Bengawan Solo tetap dilakukan.

"Kewaspadaan tetap dilakukan sebab prakiraan cuaca untuk hujan selama Februari berpotensi menimbulkan banjir," jelas Indro.

Sesuai laporan yang diterima BPBD, kata Budi luapan Bengawan Solo di wilayah barat sudah surut, tetapi di wilayah timur, antara lain, di Kecamatan Balen, Kanor, dan Baureno, masih terjadi genangan air banjir.

Di wilayah barat, lanjut dia genangan banjir merendam ratusan hektare tanaman padi, jalanan desa, juga prasarana dan sarana umum lainnya.

"Tanggul Kali Ingas di Kecamatan Kanor, jebol sekitar 20 meter dengan kedalaman berkisar 3-4 meter," kata seorang warga Desa Temu, Kecamatan Kanor, Hadi.

Sesuai laporan desa, katanya tanaman padi yang terendam air banjir di desa setempat sekitar 50 hektare dengan usia rata-rata sebulan.

"Pada sejumlah desa di Kecamatan Rengel dan Soko, Tuban, tanaman padi yang terendam air banjir cukup luas. Rata-rata usianya berkisar sepekan sampai dua pekan, bahkan ada yang baru menebar benih," papar seorang petani di Desa Kanorejo, Kecamatan Rengel, Tuban Sanadi (49) dibenarkan sejumlah petani lainnya.

Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2017