Deburan buih ombak pantai selalu menenangkan untuk dinikmati sebagai sarana rekreasi. Salah satunya di Pantai Drini yang berhiaskan gelombang ombak besar yang menggulung khas pantai bagian selatan Pulau Jawa yang selalu kembali melemah tiap kali diserap oleh pasir.

Uniknya, di Pantai Drini, deburan ombak yang kerap menjadi buruan pelancong tak bisa ditemui di sepanjang bentang garis pantai, sebab kawasan wisata itu memiliki dua sisi pilihan untuk menikmati pesona air asin tersebut.

Bagi wisatawan tak sulit mencapai Pantai Drini yang terletak di wilayah Wonosari, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, sebab infrastruktur jalanan sudah tersedia hingga mengantarkan anda ke lokasi parkir pantai itu.

Jalan yang terus berkelok-kelok melintasi perbukitan menjadi harga yang setimpal demi menikmati suasana di Pantai Drini, sebelum setiap pengunjung diminta membayar retribusi sebesar Rp10.000 per orang untuk memasuki kawasan wisata tersebut.

Dari muka gerbang masuk di dekat area parkir kendaraan pribadi, gulungan ombak yang berderu menuju pantai sudah terlihat menyambut kedatangan para pengunjung.

Namun jika pengunjung masuk melalui tempat parkir kendaraan besar (bus) maka mereka akan disambut pemandangan air tenang setinggi setengah lutut orang dewasa dengan kedangkalan yang terlihat jernih hingga ke rongga batuan dan karang di bawahnya. 

Saking dangkalnya, banyak pengunjung yang memapah balita untuk berjalan bermain di antara bebatuan dan karang dangkal yang hampir seluas lapangan sepak bola. 

"Terus awasi putra-putri anda, jangan sampai terlepas dari pandangan, sebab walaupun dangkal, pantai ini memiliki palung," seru salah satu petugas kemanan pantai lewat pengeras suara.

Di kawasan area dangkal ini disewakan berbagai perlengkapan bermain air seperti, snorkeling, kayak serta perahu kecil untuk menelusuri pantai.

Aneka biota laut dapat dilihat dengan mata telanjang, sementara pengawas pantai tak pernah lelah mengingatkan untuk tidak menyentuh binatang laut yang belum pernah diketahui pengunjung. Selain itu, tentu saja pengunjung dilarang merusak susunan karang yang sudah ada. 

Pengunjung memiliki sejumlah tawaran bagaimana menikmati area pantai dangkal di Pantai Drini yang dilengkapi pasir putih.

Bagi pengunjung yang enggan berbasah-basahan atau sekadar ingin menikmati suasana pantai, tersedia banyak gazebo yang bisa disewa.

Jika ingin lebih mendekat lagi ke bibir pantai, banyak disewakan payung pantai serta tikar pantai yang cukup lebar untuk digunakan satu keluarga yang terdiri dari empat orang dengan tarif sebesar Rp20.000.


Selepas bagian dangkal, Pantai Drini memiliki tekstur yang sedikit lebih dalam berupa cekungan lebar yang bisa menjadi tempat pengunjung berenang. Ketika berdiri pada area yang sedikit lebih dalam tersebut, permukaan air kira-kira setinggi pinggang hingga dada orang dewasa.

Lokasi ini sebenarnya merupakan jalan bagi kapal-kapal para nelayan untuk menepikan perahu mereka hingga naik ke atas pantai, mengingat hal itu tak bisa dilakukan di wilayah Pantai Drini yang berkarang.

Kedua wilayah pantai yang dalam dan dangkal itu dipisahkan oleh Pulau Drini, yang juga dapat disinggahi pengunjung.

Anak tangga buatan yang cukup tinggi tersusun rapi disiapkan bagi pengunjung yang hendak mencapai ke atas Pulau Drini. Di sana sudah dilengkapi dengan taman bermain serta fasilitas hiburan lainnya.

Sayangnya, praktik pemungutan retribusi ilegal senilai Rp2.000 per orang masih berlangsung, dengan dalih untuk memperbaiki serta perawatan wilayah Pantai Drini, tetapi saat wartawan Antara meminta bukti karcis retribusi, penjaga tersebut tidak dapat memberikannya.

Dari atas Pulau Drini akan terlihat dua pantai yang terbelah oleh dataran dangkal di Pantai Drini, sementara jika memandang ke Selatan hanya ada cakrawala yang melintang seperti batas lautan.



Bukit swafoto
Selain infrastruktur wisata yang sudah cukup baik dengan banyaknya warung makan, toilet, gazebo serta cendera mata, kawasan Pantai Drini juga menawarkan wisata "kekinian" dengan menyajikan banyak pilihan lokasi berfoto.

Jika pengunjung naik menuju Bukit Kosakora terdapat gazebo di atas bukit hingga buritan kapal buatan dari panggung kayu menjorok di atas bebatuan bukit, sehingga pengunjung dapat berswasoto di lokasi itu berlatarkan pemandangan dua wajah Pantai Drini. 

Berjalan lagi ke atas bukit akan menemukan tulisan "Pulau Drini" yang dapat digunakan sebagai lokasi foto. Jalan setapak ke bukit tersebut cukup sempit, sehingga pengunjung wajib berhati-hati sabar mengantre dan bergantian dengan pengunjung lain jika ingin mengambil swafoto.

Jika pengunjung terus berjalan menaiki bukit jalan keluarnya akan mencapai area parkir mobil secara langsung. 

Di area pantai juga banyak disediakan tempat untuk berfoto, seperti adanya bingkai berbentuk hati, ada juga tengara besar bertuliskan "Pantai Drini" dan juga berbagai bentuk kreativitas bingkai lainnya untuk berfoto. 


Namun rata-rata bingkai tersebut sudah dipasang tarif untuk berfoto, dengan menyediakan kotak amal di bawah samping bingkai, pengunjung akan jelas melihat, seperti kotak amal yang bertuliskan membayar sebesar Rp2.000 per kesempatan foto jika ingin berfoto di lokasi tersebut.

Gazebo yang tertata rapi membuat Pantai Drini seperti pantai yang memiliki bintang tingkatan lima. Nama Drini sendiri berdasarkan penuturan Roni salah satu warga setempat menjelaskan bahwa dulu di lokasi tersebut banyak ditumbuhi Pohon Santigi yang biasa ada di bukit, dan warga menyebut Santigi sebagai Drini.

Penghasilan khas di wilayah ini adalah ikan asin dan udang, sehingga banyak dijual ikan asin seperti ikan teri serta udang goreng tepung yang disajikan di warung-warung kecil dan dapat dijadikan buah tangan atau teman perjalanan pulang.

Oleh Oleh Afut Syafril
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2017