Aceh (ANTARA News) - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesi (LIPI) menggelar Perkemahan Ilmiah Remaja Nasional (PIRN) XVI di SMA Modal Bangsa, Aceh, 9-16 Juli 2017.

Wakil Kepala LIPI Bambang Subiyanto mengatakan kegiatan ilmiah di lapangan terbuka yang berorientasi pada penelitian yang mencakup bidang ilmu pengetahuan sosial, ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan teknik (teknik rekayasa) ini sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk memperkuat Gerakan Literasi, khususnya literasi sains.

"Harapannya selama seminggu pembimbing bisa melakukan pembinaan agar anak-anak bisa berpikir kritis sehingga mereka mampu mencari jalan bagaimana menerapkaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk peningkatan daya saing bangsa melalui pemanfaatan sumber daya lokal," katanya dalam pembukaan PIRN XVI di Aceh, Senin.

Khusus untuk 2017, kegiatan ini diikuti 450 siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) atau sederajat serta 150 guru pembimbing tingkat SMA dan SMK atau sederajat dari 28 provinsi di Indonesia.

Kegiatan tahunan yang digelar LIPI sejak 2001 ini, menurut dia, memang bertujuan untuk menanamkan budaya penelitian di kalangan remaja dan juga para guru di Indonesia.

Dengan semakin populernya kegiatan penelitian di lingkungan pendidikan, maka akan membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dan handal ke depannya untuk mememecahkan segala persoalan bangsa dan menghadapi tantangan zaman.

Menurut Bambang, kegiatan Perkemahan Ilmiah Remaja (PIR) yang dilaksanakan secara regional dan nasional oleh LIPI ini menjadi langkah efektif untuk pembinaan generasi muda agar terbiasa dengan kegiatan ilmiah.

"Dalam kegiatan PIR ini, para remaja langsung dibimbing dalam pelaksanaan penelitian dan diarahkan untuk menanamkan sikap dan perilaku scientific minded, scientific curiosity dan scientific approach".

Sementara itu, Sekretaris Daerah Provinsi Aceh Dermawan yang menggantikan Gubernur Aceh Irwandi Yusuf mengatakan remaja perlu didorong melalui kegiatan penelitian sehingga karakter kompetitif tertanam kuat dalam diri mereka.

Manfaatnya banyak untuk mengasah cara berpikir kritis melalui pembekalan penelitian, penelitian di lapangan hingga menuliskan karya ilmiah.

Sesuai program Pemerintah Provinsi Aceh untuk memperkuat pendidikan tidak hanya melalui jalur formal, kegiatan PIRN perlu didukung sebagai kegiatan luar sekolah. 

"Anak-anak harus memanfaatkan kesempatan ini untuk memperdalam ilmu dan mempertajam keahlian hingga mampu membawa Indonesia unggul melalui inovasi Anak bangsa," ujar dia.

Sebelumnya Kepala Biro Kerja sama, Hukum dan Humas (BKHH) LIPI Nur Tri Aries Suestiningtyas mengatakan tren generasi muda pada bidang penelitian belakangan ini tengah meningkat. Hal ini disebabkan oleh perkembangan budaya meneliti di Indonesia yang semakin baik.

"Selain didukung adanya PIR, atmosfer perkembangan budaya penelitian di kalangan remaja juga didukung adanya kelompok-kelompok karya ilmiah remaja (KIR) di berbagai sekolah, penyelenggaraan kompetisi ilmiah, baik yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun swasta, serta penyelenggaraan workshop maupun pelatihan semacam KIR," tuturnya.

Secara spesifik pada penyelenggaraan PIRN, ia berharap mampu memperluas wawasan para remaja melalui pengayaan oleh para ilmuwan mumpuni dari LIPI. Dari kegiatan tersebut, para peserta dibekali dengan teori tentang metodologi penelitian dan penulisan hasil penelitian sebelum mereka terjun langsung di lapangan.

Selanjutnya, para peserta dibimbing melakukan penelitian dan terakhir mempresentasikan karya ilmiahnya.

Kegiatan PIRN selalu berganti tempat setiap tahunnya. Jika pada PIRN XV di 2016 diselenggarakan di Bengkulu maka pada 2015, PIRN XIV dilaksanakan di Tasikmalaya, Jawa Barat.

Pewarta: Virna P. Setyorini
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2017