Padang (ANTARA News) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Padang Panjang, Sumatera Barat, mencatat 236 gempa bumi tektonik terjadi di provinsi itu sepanjang 2017.

Kepala BMKG Stasiun Geofisika Padang Panjang, Rahmat Triyono, saat dihubungi dari Padang, Rabu menyebutkan dari 236 gempa tersebut, 22 di antaranya merupakan gempa dengan magnitude di atas 5 pada skala Richter, baik yang bersumber dari darat maupun di laut dan dirasakan sebanyak tujuh kali oleh masyarakat.

Kemudian terdapat satu kali gempa bumi yang cukup kuat terjadi pada 31 Agustus 2017 di 68 kilometer Timur Muara Saibi kepulauan Mentawai dengan kekuatan 6,2 pada skala Richter.

"Gempa 6,2 pada skala Richter itu dirasakan masyarakat hingga ke Kota Payakumbuh dan Muko-muko Bengkulu," ujarnya.

Hal ini terjadi karena Sumatera Barat berada di antara pertemuan dua lempeng tektonik besar yaitu Eurasia dan Indo-Australia serta patahan semangko atau sesar Sumatera sehingga intensitas gempa bumi cukup tinggi.

Menurut dia, gempa yang di daratan Sumatera disebabkan oleh segmen patahan semangko yaitu segmen Sumpur, segmen Sianok, segmen Sumani dan segmen Suliti. "Segmen Sianok lebih banyak menyebabkan gempa," ujarnya.

Segmen Sianok berada di sekitar Ngarai Sianok Kota Bukittinggi sampai tenggara Danau Singkarak melewati sisi timur danau.

Rahmat mengimbau ketika terjadi gempa dengan guncangan yang cukup kuat, masyarakat tidak boleh panik sehingga dapat menyelamatkan diri dengan baik.?

Sebelumnya, ahli gempa dari Universitas Andalas, Dr Badrul Mustafa, mengatakan, secara umum Sumatera Barat belum termasuk kepada daerah yang sadar gempa karena di beberapa kabupaten/kotanya masih terdapat bangunan tidak tahan bencana itu.

Pewarta: Miko Elfisha
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017