Cijeruk, Bogor (ANTARA News) - Menteri Sosial (Mensos) Idrus Marham meminta Pemerintah Kabupaten Bogor, Jawa Barat lebih intensif menjelaskan risiko bencana kepada masyarakat yang tinggal di 23 titik rawan bencana.

"Harus juga lebih banyak dijelaskan risiko yang mereka tanggung kalau bertahan, seperti yang di Maseng ini, bagaimana bisa sejauh itu beton terlempar," kata dia saat mengunjungi lokasi longsor di Kampung Maseng, Desa Warung Menteng, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jabar, Sabtu.

Mensos menjelaskan penanggulangan bencana tidak bisa dilakukan satu pihak saja melainkan harus satu kesatuan berbagai instansi terkait serta berkesinambungan untuk bisa mengamankan masyarakat dari risiko bencana yang kian sering terjadi, seperti longsor di Puncak Bogor dan Cijeruk.

"Harus bisa memastikan semua korban dan warga yang berada di sekitaran longsor sudah dievakuasi oleh pemerintah setempat ke lokasi aman," katanya.

Sebanyak 14 rumah di sekitaran rel Stasiun Maseng yang roboh tergerus longsor telah diavakusi dengan menyewa 11 rumah untuk 11 keluarga oleh pihak Kecamatan Cijeruk, sedangkan tiga keluarga lainnya mengungsi ke rumah saudaranya.

Ditambah bantuan sosial dari Kementerian Sosial (Kemensos) kepada ahli waris Asep selaku suami dan ayah para korban untuk lima jiwa yang meninggal dalam longsor itu senilai Rp75 juta, serta santunan luka kepada lima orang lainnya tetangga Asep yang selamat senilai Rp 10 juta.

Idrus juga mengimbau, agar setelah kejadian bencana longsor ini pengkajian data dan izin tinggal masyarakat mulai sosialisasikan secara intensif.

Sementara itu, Camat Cijeruk Hidayat Saputradinata menyampaikan pihaknya menunggu kajian Badan Geologi Kementerian ESDM mengenai pengesahan layak tidaknya lokasi titik rawan bencana di permukiman warga sekitar rel dan titik lainnya tersebut untuk pemindahan lahan.

Pemkab Bogor, kata dia, telah berkoordinasi dengan berbagai instansi dan kementerian untuk solusi penanganan wilayah rawan bencana tersebut untuk disosialisasikan kepada warga.

"Kami tinggal menunggu saja, mungkin Selasa depan sudah keluar kajiannya, baru kamu semakin gencarkan sosialisasi," kata dia.

Pewarta: Mayolus Fajar Dwiyanto
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018