Lima, Peru (ANTARA News) - Presiden baru Peru, Martin Vizcarra, berjanji melawan korupsi "dengan biaya berapa pun", dua hari setelah pendahulunya digulingkan akibat korupsi dan bentrokan terus-menerus dengan Kongres, yang dikuasai oposisi.

Sebagai mantan wakil presiden dari presiden mundur itu, Vizcarra akan membentuk kabinet yang betul-betul baru, namun meminta semua anggota parlemen membantunya memulihkan kepercayaan umum terhadap lembaga negara, yang dirusak kemelut politik.

"Cukup," kata Vizcarra, mantan gubernur kawasan pertambangan kecil, saat ia memulai pidato pelantikannya di Kongres.

"Kami memiliki kewajiban menanggapi kebutuhan, tuntutan dan harapan semua orang Peru, dan tidak terjerat dalam perjuangan pahit, yang menyebabkan kerusakan besar pada Peru," katanya.

Vizcarra menjabat sebagai presiden saat skandal yang melibatkan konglomerat konstruksi Brasil, Odebrecht terus mengacaukan salah satu pasar paling stabil di Amerika Latin dan produsen tembaga nomor dua di dunia itu.

Pada malam penyumpahannya, ribuan demonstran berbaris melalui pusat kota Lima untuk menuntut pemilihan dini, dengan harapan membersihkan kelas politik yang secara luas dianggap korup.

"Keluar bersama mereka semua," kata pengunjuk rasa berteriak, sebelum polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan kerumunan.

Mantan Presiden Peru, Pedro Kuczynski, yang digantikan oleh Vizcarra, mengajukan pengunduran diri pada minggu ini dalam menghadapi pemakzulan yang hampir pasti atas hubungannya dengan Odebrecht.

Dia menyalahkan kejatuhannya pada partai sayap kanan, Popular Force, yang memenangkan mayoritas kursi kongres meskipun kalah dalam kepresidenan pada 2016.

Seperti halnya Kuczynski, Popular Force dan pemimpinnya, calon presiden yang kalah dua kali, Keiko Fujimori, juga sedang diselidiki terkait hubungan dengan Odebrecht dan menyangkal melakukan kesalahan.

Vizcarra mengatakan sistem peradilan Peru harus bertindak secara independen dan cepat untuk memilah yang bersalah dari yang tidak bersalah, dan memperingatkan, tidak ada cabang pemerintahan yang seharusnya menindas yang lain.

Sejak menjabat sebagai duta besar negara itu untuk Kanada selama enam bulan terakhir, Vizcarra telah sebagian besar menghindari masalah Kuczynski, yang memuncak dengan tuduhan pembelian suara ketika sekutu-sekutu Kuczynski bergegas mencegahnya dari dimakzulkan.

Namun, Vizcarra, yang kebanyakan orang Peru tidak dapat sebut dalam jajak pendapat dua minggu lalu, sekarang harus memperbaiki hubungan dengan Kongres, sementara memfokuskan kembali pemerintah pada rencananya yang terhenti, seperti membangun infrastruktur yang sangat dibutuhkan dan perumahan di wilayah yang dilanda banjir parah lebih dari setahun yang lalu.

Bulan depan, Vizcarra akan menghadapi para dokter nasional dan aksi mogok guru, serta menyambut Donald Trump ke Peru pada kunjungan pertama presiden Amerika Serikat tersebut ke negara Amerika Latin untuk pertemuan para pemimpin wilayah di mana Peru menjadi tuan rumah.

Tema acara pertemuan puncak Amerika tahun ini di Lima adalah "pemerintahan yang demokratis melawan korupsi".

Amerika Serikat mengatakan pihaknya berharap dapat bekerja dengan Vizcarra. "Ketaatan Peru pada konstitusi selama masa transisi ini mencerminkan kekuatannya sebagai demokrasi yang tangguh," demikian juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, Heather Nauert.

Vizcarra, 55, adalah insinyur teknik sipil dan memerintah Moquegua di Peru selatan sebelum bekerja sama dengan Kuczynski untuk jabatan kepresidenan pada 2016.

Pewarta: Ade P Marboen
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018