Beijing (ANTARA News) – Sebuah truk yang membawa bahan peledak meledak di dekat pintu masuk sebuah tambang bijih besi di Tiongkok timur laut pada Selasa (05/06) waktu setempat, yang menewaskan 11 orang, melukai sembilan orang dan menyebabkan 25 lainnya terjebak di bawah tanah, lapor media pemerintah.

Sekitar 23 korban yang terjebak di dalam tambang yang dijalankan Huamei Group, cabang dari China National Coal Group Co, di provinsi Liaoning berhasil menghubungi tim penyelamat, menurut penyiar pemrintah CCTV.

Para pekerja tersebut sedang menggali sebuah terowongan tambang ketika sebuah truk meledak tepat setelah pukul 16.00 (0800 GMT) di dekat pintu masuk tambang, kata CCTV.

Kementerian Penanggulangan Darurat dan pemerintah Benxi, tempat ledakan terjadi, mengoordinasikan upaya penyelamatan.

Pada pukul 22.00, sistem listrik dan ventilasi di tambang itu dinyalakan kembali, dan tim penyelamat memperbaiki sistem lift bawah tanah, kata kantor berita pemerintah Xinhua.

Korban terluka sudah dilarikan ke rumah sakit. Operasi penyelamatan masih berlangsung.

Kecelakaan pertambangan yang mematikan biasa terjadi di China, di mana industri ini memiliki catatan keselamatan yang buruk.

Kebocoran gas menewaskan sedikitnya 18 orang yang bekerja di tambang batu bara di tengah provinsi Hunan pada Mei tahun lalu.

Pada Desember 2016, ledakan di dua tambang batu bara terpisah di wilayah Mongolia Dalam dan di Heilongjiang menewaskan sedikitnya 59 orang.

Awal tahun itu, 33 penambang tewas dalam ledakan tambang batu bara pada Oktober di kota barat daya Chongqing, dan pada September, sedikitnya 18 orang tewas dalam ledakan ranjau di wilayah Ningxia barat laut.

Dalam insiden lain yang memikat perhatian negara itu, empat penambang diselamatkan pada Januari 2016 setelah mereka menghabiskan 36 hari terperangkap di sebuah tambang gipsum yang runtuh di provinsi Shandong timur.

Insiden itu menarik perbandingan untuk kecelakaan penambangan 2010 di Chili, di mana 33 penambang terperangkap di bawah tanah selama 69 hari sebelum mereka diselamatkan. Demikian dilansir Kantor Berita AFP.

Penerjemah: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2018