Jakarta (ANTARA News) - Hujan lebat disertai angin kencang yang mengguyur pemukiman pengungsi Rohingya di distrik Cox Bazar pada Rabu (4/7) yang mencapai 70 kilometer per jam menyebabkan banjir dan longsor, sedikitnya ada 89 insiden yang dilaporkan termasuk 37 insiden longsor.

Seorang anak dilaporkan dilaporkan tewas, puluhan orang mengalami cedera, sekitar 11.000 orang menjadi korban banjir, dan hampir 2.500 keluarga pengungsi ke tempat yang lebih aman, demikian diungkapkan Vice President ACT bidang komunikasi, Iqbal Setyarso dalam rilisnya kepada media.

Sejak Mei, hujan memang telah mengguyur distrik Cox Bazaar hampir terus menerus. Terutama pada tanggal 11-21 Juni, hujan deras yang mengguyur daerah seperti Ukhia dan Teknaf telah menghancurkan beberapa fasilitas seperti jembatan, gorong-gorong, saluran drainase, sanitasi hingga akses jalan dan fasilitas lainnya yang berada di daerah tersebut.
 
(ACT)


Menurut Data Meteorologi Bangladesh, hampir 537 milimeter hujan telah jatuh di wilayah Cox's Bazar dalam beberapa hari. Ini setara dengan dua pertiga dari rata-rata curah hujan di selama bulan Juni di negara bagian Bangladesh.

Tercatat sejak Mei 2018, 33.220 Jiwa telah menjadi korban dari hujan yang menyebabkan banjir dan longsor di beberapa titik dimana lebih dari 10 ribu diantaranya adalah anak-anak, khususnya para pengungsi Rohingya di daerah Cox's Bazar.

Bahkan 4.259 diantara mereka terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih aman dari daerah bencana. Beberapa kali bencana terjadi pasca hujan lebat sejak Mei hingga awal Juli ini, antara lain 188 titik Longsor, 128 kerusakan akibat angin dan badai, 26 titik banjir, 6 titik kebakaran, dan 24 titik genangan air.

"Hingga saat ini dibutuhkan perbaikan fasilitas dan tempat tinggal untuk puluhan ribu pengungsi yang terdampak rentetan bencana," ungkap Iqbal.

Ia menabmbahkan, ACT melalui para relawan mitranya di Bangladesh akan memberikan perhatian kepada para pengungsi.

"Kami disana sudah bertahun-tahun melakukan pendampingan," ujarnya.

Baca juga: Myanmar tangkap puluhan pengungsi Rohingya yang pulang

Baca juga: UNHCR: Rohingya masih terancam kekerasan dan penganiayaan di Myanmar

Baca juga: Rangkaian pembunuhan buat kampung pengungsi Rohingya di Bangladesh mencekam

Pewarta: Monalisa
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2018