Jakarta, (ANTARA News) - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Susana Yembise mengatakan perempuan Indonesia dan Iran masih menghadapi tantangan yang sama, salah satunya literasi internet yang relatif rendah, selain faktor usia dan pendidikan yang rendah.

"Karena itu, Indonesia akan melakukan kemitraan dengan beberapa pihak di Iran yang dinilai berpotensi seperti Kementerian Teknologi Komunikasi dan Informatika Iran," kata Yohana melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Jumat.

Indonesia dan Iran telah menandatangani nota kesepahaman tentang pemberdayaan perempuan, perlindungan anak dan ketahanan keluarga.

Kesepakatan antara kedua negara tersebut merupakan salah satu hasil kunjungan Yohana ke Iran atas undangan Wakil Presiden Iran Urusan Perempuan dan Keluarga Masoumeh Ebtekar pada Sabtu (28/7) hingga Selasa (31/7).

Dalam kunjungan ke Iran tersebut, salah satu pihak yang Yohana temui adalah Menteri Teknologi Komunikasi dan Informatika Iran Mohammad Javad Azari Jahromi.

Yohana mengatakan tantangan peningkatan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak sangat berkaitan dengan teknologi informasi dan komunikasi.

Karena itu, kedua menteri sepakat bahwa teknologi komunikasi dan informatika merupakan sektor yang sangat potensial dalam pengembangan pemberdayaan perempuan, baik di sektor tersebut maupun bidang ekonomi.

"Saya optimis kemitraan Indonesia-Iran ini mampu memperbaiki status, harkat dan martabat perempuan terutama dalam hal pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi," tuturnya.

Yohana mengatakan sekitar 46 persen pengguna teknologi berbasis daring adalah perempuan dengan lebih dari 70 persen adalah perempuan yang bergerak di sektor usaha mikro, kecil dan menengah.*

Baca juga: Indonesia-Iran tandatangani nota pemberdayaan perempuan dan anak

Baca juga: WHO : pemberdayaan perempuan penting bagi kesehatan masyarakat

Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018