Edukasi harus lebih maju dari iklan,
Jakarta, (ANTARA News) - Komisi Perlindungan Anak Indonesia mengatakan pemerintah dan semua pihak harus lebih gencar melakukan pendidikan tentang bahaya rokok bagi masyarakat, terutama dengan sasaran anak dan orang tua.

"Keluarga perlu diedukasi (diberikan pendidikan, red.) termasuk diberikan informasi. Anak juga harus diberikan informasi karena anak punya hak memperoleh informasi yang sehat," kata komisioner KPAI Jasra Putra dalam konferensi pers "Indonesia Darurat Rokok" di Pusat Dakwah Muhammadiyah di Jakarta, Senin.

Ia mengatakan pendidikan tentang bahaya rokok selama ini hanya banyak menyasar orang dewasa. Sekarang pendidikan tentang bahaya rokok juga harus lebih difokuskan pada anak-anak sehingga sejak dini mereka mendapatkan pemahaman untuk menjauhi rokok dan tidak mengonsumsi rokok.

Masalah rokok, kata dia, menjadi hal penting yang harus diperhatikan ketika dikaitkan dengan kesehatan, tumbuh kembang, dan masa depan anak.

Untuk itu, perlu peningkatan kesadaran masyarakat, terutama keluarga dan anak dalam memahami bahaya rokok.

Menurut Jasra, pendidikan bahaya rokok juga harus lebih menyasar keluarga miskin yang rentan kecanduan rokok, seperti kasus anak usia dua tahun yang menjadi pecandu rokok di Sukabumi, Jawa Barat.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada 2017, pengeluaran terbesar dalam rumah tangga miskin adalah kebutuhan besar, sedangkan rokok menempati posisi kedua.

"Kita harus membentengi keluarga agar anak tidak terdampak atau menjadi perokok," tuturnya.

Dia mengatakan edukasi harus lebih marak dilakukan untuk mengalahkan kecepatan beredarnya iklan rokok.

Jasra menginginkan agar ada pelarangan tegas iklan rokok di semua media, karena dari iklan, anak-anak dapat tertarik mencoba rokok, yang menjadi awal dari kecanduan. "Edukasi harus lebih maju dari iklan," ujarnya.

Dia menuturkan keluarga adalah salah satu pengiklan efektif selain media dalam menyalurkan informasi benar dan tepat kepada anak. Keluarga, katanya, merupakan media pendidikan yang langsung menyentuh tumbuh kembang anak.

Ia menjelaskan anak juga harus diberi pemahaman bahwa rokok berdampak negatif, antar lain berpotensi pada narkoba, berdampak pada emosional anak, dan relasi sosial anak. *

 


Baca juga: KPAI: Balita perokok di Sukabumi harus direhabilitasi

Baca juga: IPM dorong pemerintah ciptakan kawasan tanpa rokok


 

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018