Makassar (ANTARA News) - Fenomena kemenangan kotak kosong di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Makassar Juni lalu diteliti oleh kalangan akademisi dari berbagai negara.

"Sampai hari ini saya sudah menerima lima peneliti, profesor, doktor Ilmu Politik dari luar negeri, Amerika, Eropa, Singapura dan Australia, yang tesis penelitiannya adalah mengapa kotak kosong bisa menang," kata Penjabat Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) Soni Sumarsono di Makassar, Sabtu.

Pertanyaan tersebut, kata dia, muncul karena hampir tidak ditemukan teori politik yang menjelaskan bagaimana kotak kosong, sebagai benda tidak bernyawa bisa memenangkan pemilihan. "Tidak ada justifikasi kotak kosong yang menang," katanya.

Tidak hanya peneliti luar negeri, peneliti lokal termasuk dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), menurut Soni, juga tertarik meneliti hal ini.

"Mereka mencari teori baru mengenai kemenangan kotak kosong ini," ujarnya.

Soni sendiri berpendapat kemenangan yang sama sekali tidak terduga tersebut merupakan fakta dan konsekuensi langsung dari pelaksanaan demokrasi langsung.

Hal ini, menurut Soni, juga tidak terlepas dari kepribadian Wali Kota Makassar petahana Moh. Ramdhan Pomanto yang didiskualifikasi pada pilkada tersebut.

Pihaknya memang mendorong agar akademisi meneliti fenomena kemenangan kotak kosong tersebut, sebagai pembelajaran politik.

"Penelitian dengan perpektif akademik tersebut akan menjadi sebuah pembelajaran politik, termasuk bagi para penentu kebijakan untuk menjadi landasan selanjutnya dalam pembuatan peraturan atau keputusan selanjutnya," tutur Soni.

Baca juga: MK tolak gugatan atas kolom kosong pada pilkada Kota Makassar
Baca juga: Pilkada Sulsel sepuluh perseorangan satu kotak kosong

Pewarta: Nurhaya J Panga
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2018