Medan,  (Antara) - Sebanyak 47 penyandang tunanetra berlaga di ajang Musabaqah Tilwatil Quran Nasional XXVII di Sumatera Utara untuk cabang tilawah golongan cacat netra putra/ putri.

 Koordinator acara MTQN Wali Hasmi di Medan, Selasa, mengatakan peserta tunanetra tersebut berlaga di Asrama Haji Medan yang berlangsung pada 7-12 Oktober 2018. Mereka terdiri dari 23 perempuan dan 24 laki-laki.

 Dia mengatakan penyelenggaraan untuk lomba khusus tunantetra digelar sebagaimana cabang lainnya menggunakan bel sebagai penanda. Bel berbunyi satu kali berarti peserta memulai bacaan Al Qurannya. Selanjutnya dua kali bel penanda waktu bacaan segera habis dan bunyi tiga kali peserta harus mengakhiri. Waktu yang diberikan panitia 7-9 menit untuk satu peserta tilawatil quran.

Demikian juga sistem teknologi pendeteksi sidik jari diberlakukan untuk tunanetra sebagaimana peserta di cabang lainnya. Teknologi finger print itu untuk memverifikasi kebenaran identitas peserta sehingga menghindari perjokian.

 "Kita pakai finger print dan semua menggunakan teknologi canggih. Semua yang tampil sesuai orangnya dengan pemilik nama. Sebanyak 14 juri dalam memberi penilaian juga langsung tayang di monitor dan bisa dilihat oleh para undangan," katanya.

 Sementara itu, Dewan Hakim MTQN  XXVII Yusdarli Amar mengatakan secara umum peserta lomba tilawatil quran lebih banyak mengandalkan lagu tilawah daripada hukum bacaan Al Quran.

Atas hal itu, dia meminta kepada peserta ke depannya agar tetap memperkuat hukum bacaan agar MTQ menunjukkan peningkatan yang lebih baik.

 "Sebenarnya hukum bacaan itu adalah notnya, jadi yang harus dikuasai adalah tajwid atau hukum bacaan. Kalau lagu atau suara, semua orang  miliki kemampuan masing-masing yang tinggal dilatih saja," kata dia. 

Baca juga: Presiden ajak bumikan Al Quran
Baca juga: Warga Medan sambut gembira pawai ta'aruf MTQN

Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018