Jakarta (ANTARA News) - Cucu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) Hasyim Asy'ari, Irfan Yusuf memutuskan bergabung dengan pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Irfan mengatakan kondisi Indonesia empat tahun terakhir yang membuatnya ikut serta dalam perpolitikan nasional.

"Saya nyaman di pesantren namun situasi empat tahun ini masa membuat saya egois, maka saya mau bantu di sini," kata Gus Irfan di Prabowo-Sandi Media Center di Jakarta, Kamis.

Dia mengatakan dalam empat tahun terakhir, kondisi dalam negeri tidak seperti di Indonesia karena tiap orang saling ejek dan bertentangan. Dia khawatir para pemimpin tidak tahu kondisi tersebut.

Irfan Yusuf juga menegaskan bahwa dirinya terpaksa "turun gunung" dari pesantrennya untuk memenangkan Prabowo-Sandi karena kondisi negara saat ini sedang mengalami sejumlah krisis dalam sektor ekonomi maupun budaya.

Dia mengatakan alasan lain dirinya memutuskan untuk mendukung Prabowo-Sandi adalah karena dalam Pemilu Presiden (Pilpres) 2019 terdapat pihak-piihak yang ingin membenturkan bahwa ini merupakan pertarungan antara kelompok NU dan bukan NU.

"Salah satu poin utama lainnya adalah di akar rumput terutama di Jawa Timur, kontestasi ini ditarik sebagai kontestasi NU dan bukan NU. Ini yang berkembang di bawah," ujarnya.

Gus Irfan yang merupakan Pengasuh Pondok Pesantren Al Farros, Tebuireng itu mengatakan dirinya ingin memberikan pandangan lain kepada kaum Nahdliyin bahwa Nahdlatul Ulama (NU) tidak berpihak kepada salah satu pasangan calon.

Menurut dia, keresahan di kalangan para keturunan pendiri NU semakin meningkat karena mereka menyesalkan bahwa NU dibawa-bawa dalam kontestasi Pilpres 2019.

"NU harus dikembalikan pada khitah jamaiyah dan keumatan bukan ke ranah politik," katanya.

Baca juga: Prabowo Subianto sampaikan bela sungkawa korban Lion Air JT 610
Baca juga: Saat Anwar Ibrahim keseleo lidah sebut Prabowo
Baca juga: Rhoma Irama deklarasikan "Relawan Rhoma For PAS"

Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2018