Selain menjual makanan tradisional, di Pasar Van Der Capellen pedagangnya berpakaian tradisional, juga ada hiburan musik tradisional, pelancong sangat mencari suasana seperti ini.
Udara sejuk serta celotehan dari mulut ke mulut mengisi kekosongan pagi di sekitar kokohnya dinding bagunan Benteng Van Der Capellen, sebuah bangunan peninggalan Belanda yang berdiri di Batusangkar, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat.

Setelah tidak lagi dipergunakan sebagai basis pertahanan dalam menghadapi masyarakat Minang dalam Perang Paderi ratusan tahun lalu, bangunan tersebut mulai terasing di sebuah bukit kecil di sekitaran Batusangkar.

Sebagai salah satu tinggalan cagar budaya yang bernilai sejarah, bangunan ini kemudian dimanfaatkan sebagai kantor Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disparpora) oleh daerah setempat.

Semenjak beberapa minggu terakhir, kawasan pelataran benteng yang dibangun pada tahun 1824 dengan mengambil nama Gubernur Jendral Belanda waktu itu, yakni Godert Alexander Gerard Philip Baron Van Der Capellen, seakan kembali menemukan kembali nyawanya, persis ketika masyarakat masih hidup dalam nuansa tradisional.

Penampilan puluhan laki-laki dan perempuan terlihat berbeda, dengan dibalut pakaian tradisional khas masyarakat Minang tempo dulu, mereka berdiri pada lapak dagangan yang menyajikan aneka kuliner.

Anak-anak berlarian, singgah dari satu lapak dagangan ke lapak dagangan lainnya, sesekali mereka memainkan beberapa permainan tradisional yang telah disediakan. Sementara beberapa orang dewasa lainnya larut dalam obrolan pagi sembari mencicipi kopi khas kawa daun dengan dilengkapi oleh penganan tradisional.

Pada beberapa bagian spot swafoto yang telah disediakan, beberapa muda mudi sibuk berpose menampilkan gaya terbaik mereka di depan kamera, lengkap dengan berbagai properti yang ada.

Aktifitas unik yang hanya dapat ditemukan di Pasar Van Der Capellen, sebuah destinasi wisata dengan konsep baru sebagai alternatif destinasi bagi masyarakat sekitar maupun wisatawan yang datang ke Tanah Datar.

Destinasi Wisata Digital dengan Nuansa Tempo Dulu

Pasar Van Der Capellen sengaja dihadirkan dengan mengusung konsep tempo dulu yang menghadirkan kearifan lokal masyarakat Tanah Datar, mulai dari gaya berpakaian, permainan hingga kuliner tradisional.

"Pasar Vander Capellen adalah pasar yang dikonsep sebagai destinasi wisata yang instagramable, viral dan kekinian," kata Ketua Generasi Pesona Indonesia (Genpi) Tanah Datar, Hijrah Adi Sukrial.

Lebih lanjut Hijrah menceritakan, pada pasar yang digelar setiap hari minggu tersebut, para pedagang yang umumnya adalah perempuan, tampil dengan mengenakan pakaian khas perempuan Minang, mengenakan tingkuluak penutup kepala serta bawahan berupa kodek dari sarung berbahan batik.

Tak hanya itu, kaum laki laki pun juga tampil dengan gaya berpakaian seorang laki laki di masa lalu, bercelana batik panjang dan kepala yang diikat dengan menggunakan destar yang juga berbahan batik atau mengenakan peci nasional.

Beberapa bagian di sekitar pasar itu juga telah diisi dengan berbagai dekorasi yang dapat dimanfaatkan untuk berfoto bagi pengunjung.

Diantaranya, sebuah dinding besar yang menyerupai dinding rumah dengan dilapisi anyaman tikar pandan, pada permukaannya terdapat serupa jendela dan pintu serta juga dilengkapi sebingkai foto lama, sehingga memberikan kesan klasik.

Setiap momen pada yang ada pada pasar tersebut, menurutnya, merupakan objek menarik untuk diabadikan, sebab aktifitas serupa itu sudah tidak ditemui lagi di zaman yang serba modern seperti saat sekarang.



Permainan Tradisional

Sebagai layaknya sebuah pasar tradisional di zaman dahulu, dalam transaksi pun tidak menggunakan uang rupiah, melainkan sebuah koin yang sengaja disiapkan sebagai alat tukar dalam jual beli.

Hijrah mengatakan, satu koin bernilai Rp2.500 rupiah dan dapat ditukarkan kepada panitia ketika memasuki kawasan pasar tersebut.

Koin itu nantinya dapat dipergunakan untuk berbelanja berbagai macam kuliner yang ada, mulai dari penganan hingga minuman tradisional khas Tanah Datar, yaitu kopi kawa daun.

Kawa daun sendiri merupakan minuman dari daun kopi yang sebelumnya sudah diasapi dan dimasak dalam waktu tertentu, penyajiannya pun biasanya menggunakan wadah dari tempurung kelapa.

Beberapa penganan yang disediakan diantaranya adalah Karupuak Pitalah, Katupek Pitalah, Karupuak Lado, Lamang Tapai, Nasi Padeh Simabua, Niro Talua, Rendang Telur, Bika, Kue Talam dan lain sebagainya.

Uniknya, beberapa pedagang di pasar ini tetap menggunakan periuk tanah atau belanga sebagai wadah untuk memasak bahan makanan, seperti sayur atau kuah untuk sajian Katupek Pitalah.

Bagi anak-anak yang ikut datang ke pasar tersebut juga disediakan berbagai permainan tradisional, seperti enggrang, tangkelek atau terompa panjang, sendal dari tempurung dan lain-lain.



Wisata Tempo Dulu

Dihadirkannya konsep tempo dulu dalam Pasar Van Der Capellen dapat menjadi daya tarik sendiri bagi wisatawan, baik yang datang dari dalam negeri maupun luar negeri.

Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata (Asita) Sumbar, Ian Hanafiah menilai konsep tradisional seperti yang ditawarkan oleh Pasar Van Der Capellen itu dapat menarik perhatian wisatawan yang datang berkunjung.

"Suasana di Pasar Van Der Capellen sangat tradisional dan pasti dicari-cari oleh wisatawan," ujarnya.

Setelah melihat sendiri aktifitas di pasar tersebut, Ian sangat merekomendasikan para agen wisata untuk membawa tamunya untuk datang berkunjung. Jika bisa, tamu-tamu tersebut menginap di Tanah Datar dan kemudian menikmati Minggu pagi di sana.

Tidak hanya Ian, salah seorang pengusaha agen perjalanan asal Singapura, Mr Sam Choo Mun juga menilai konsep wisata tersebut menarik bagi wisatawan yang ingin menyaksikan dan menikmati budaya serta kuliner di sebuah daerah.

Menurut dia, pada umumnya wisatawan selalu ingin menikmati kuliner khas negara dan daerah yang dikunjungi dan Pasar Van Der Capellen menyediakan apa yang mereka inginkan.

"Selain menjual makanan tradisional, di Pasar Van Der Capellen pedagangnya berpakaian tradisional, juga ada hiburan musik tradisional, pelancong sangat mencari suasana seperti ini," katanya.



Ekonomian Masyarakat

Salah satu tujuan pariwisata tentunya untuk memberikan dampak positif terhadap masyarakat, terutama di bidang perekonomian melalui kunjungan wisatawan.

Para pedagang yang ada di Pasar Van Der Capellen merupakan masyarakat asli Tanah Datar, mereka datang berjualan dengan membawa makanan yang menjadi khas daerah tersebut.

Hijrah mengatakan, antusias masyarakat cukup tinggi dengan keberadaan pasar ini, hal itu terlihat dari aneka kuliner yang segera habis terjual dibeli pengunjung sebelum pasar berakhir.

Sementara itu Sekretaris Daerah Tanah Datar, Hardiman juga mengharapkan agar pada setiap pelaksanaannya, Pasar Van Der Capellen harus terus ada peningkatan, mulai dari atraksi kesenian hingga kuliner tradisional.

Dengan demikian menurutnya kegiatan itu dapat semakin menarik minat wisatawan untuk datang sehingga berdampak pada ?perekonomian masyarakat.

Senada, Kepala Disparpora Tanah Datar, Abdul Hakim juga mendukung penuh keberadaan Pasar Van Der Capellen, sebab memiliki dampak yang positif bagi pariwisata di daerah tersebut.

Pasar yang dibuka mulai dari pukul 07.00 hingga 12.00 WIB setiap hari Minggu itu menurutnya sangat bermanfaat dalam peningkatan kunjungan wisatawan serta perekonomian masyarakat.

Adanya pasar Van Der Capellen sebagai destinasi wisata baru dengan konsep tempo dulu dan juga kekinian diharapkan dapat menarik minat wisatawan yang biasanya datang ke Tanah Datar untuk mengunjungi Istano Basa Pagaruyuang," katanya.*



Baca juga: Opor Ayam andalan Batusangkar

Baca juga: Tanah Datar dilewati empat etape Tour de Singkarak


 

Pewarta: Syahrul Rahmat
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018