Jakarta, (ANTARA News) - Indonesia menggandeng negara-negara di Asia Pasifik untuk semakin memberikan perhatian serius dalam memasuki era revolusi industri 4.0. 

Oleh karena itu, mereka berkomitmen untuk saling memperkuat dan melengkapi melalui pelaksanaan program regional yang strategis dengan membawa kesejahteraan ekonomi bersama.

“Kami percaya bahwa transformasi terhadap industri 4.0 akan membawa kita ke model bisnis baru pada industri manufaktur yang dapat memberi daya saing dan nilai tambah yang lebih tinggi,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto melalui keterangannya diterima di Jakarta, Jumat.

Menperin menyampaikan hal tersebut usai membuka Regional Conference on Industrial Development (RCID).

Menurut Airlangga, Konferensi Regional Pembangunan Industri ini bertujuan untuk berbagi mengenai kebijakan, pengalaman, teknologi, pengetahuan dan praktik terbaik terkait pengembangan sektor manufaktur dan implementasi industri 4.0. 

“Pertemuan ini yang pertama digelar, dengan dihadiri para perwakilan pemerintah, pelaku usaha, akademisi, dan expert,” sebutnya.

Kegiatan yang diinisiasi oleh Kementerian Perindustrian dan United Nation Industrial Development Organization (UNIDO) ini berlangsung pada tanggal 8-9 November 2018. 

Konferensi ini dihadiri para perwakilan dari 12 negara di kawasan Asia Pasifik, antara lain Bangladesh, Bhutan, Jepang, Kamboja, Korea Utara, Laos, Malaysia, Myanmar, Nepal, Pakistan, Timor Leste, dan Vietnam.

“Salah satu programnya adalah capacity building. Misalnya, dari negara lain nanti ada yang ikut pelatihan di Indonesia, mereka melihat langsung industri yang menjadi pilot project di dalam Making Indonesia 4.0. Jadi, kita sharing pengalaman dan kebijakan Indonesia tentang penerapan industri 4.0,” paparnya.

Airlangga menjelaskan, untuk mengubah menjadi negara yang kompetitif di era revolusi industri 4.0, diperlukan integrasi konektivitas, teknologi, informasi dan komunikasi. 

Upaya ini mampu mengarahkan proses industri yang lebih efisien dan menghasilkan produk yang lebih berkualitas.

“Jadi, paradigma baru bergeser, yang memposisikan proses manufaktur sebagai hasil dari penggunaan internet yang memungkinkan terjadinya komunikasi antarmesin serta antara manusia dengan mesin secara real time, yang akan menciptakan smart products and smart services,” tuturnya.

Selain itu, diyakini bahwa industri 4.0 dapat meningkatkan produktivitas dan daya saing sektor industri kecil dan menengah (IKM). 

“Munculnya berbagai digital marketplace dan online services tidak saja menghubungkan IKM dengan pelanggan lokal, tetapi juga dengan pasar regional yang jauh lebih besar. Hal ini akan pula membawa pertumbuhan ekonomi yang inklusif,” imbuhnya.
Baca juga: Menperin: kawasan industri modern perlu infrastruktur digital
Baca juga: Menperin: industri 4.0 jadikan Indonesia 10 terbesar dunia


 

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2018