Dana riset saat ini memang belum mencukupi
Jakarta (ANTARA) - Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) Profesor Satryo Brodjonegoro mengharapkan calon presiden (capres) dan wakil presiden (cawapres) yang akan memimpin Indonesia ke depan mampu meningkatkan dana riset untuk mengakomodasi berbagai pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta inovasi bagi kemajuan bangsa Indonesia.

"Dana riset saat ini memang belum mencukupi," kata Satryo saat dihubungi Antara, Jakarta, Jumat.

Meskipun dana belum mencukupi, Satryo menuturkan yang terpenting adalah menciptakan ekosistem penelitian dan pengembangan serta inovasi sehingga dengan dana yang tidak terlalu besar tapi bisa efektif untuk bergerak menjadi negara maju.

Dana riset yang dikucurkan pemerintah pada 2018 sebesar Rp24,9 triliun yang tersebar di kementerian dan lembaga. Dana riset mengalami peningkatan meskipun tidak terlalu signifikan pada 2019 yang sebesar Rp26 triliun yang juga tersebar di kementerian dan lembaga.

Menurut Satryo, dana riset Rp26 triliun tersebut tidak efektif karena hanya Rp7 triliun yang benar-benar untuk pengembangan iptek, sedangkan Rp19 triliun habis untuk pengeluaran yang tidak terkait dengan pengembangan iptek.

"Hal ini karena belum adanya ekosistem untuk penelitian dan pengembangan serta inovasi," ujarnya

Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi sendiri mengelola anggaran penelitian pada 2019 sebesar Rp1,7 triliun, yang terdiri dari dana untuk riset sebesar Rp1,56 triliun dan sisanya untuk pengabdian masyarakat.

Dana riset Indonesia saat ini 76 persen bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan sisanya dari swasta atau industri. Sementara, di negara maju proporsi terbesar dana riset berasal dari swasta atau industri.

Satryo menuturkan idealnya dana riset adalah minimal satu persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Sementara saat ini, dana riset Indonesia masih di kisaran 0,1 persen dari (PDB).

Alokasi dana riset di Malaysia sudah mencapai satu persen dari PDB, Singapura mencapai 2,8 persen dari PDB, serta Korea Selatan mencapai 3,8 persen dari PDB. Sementara, Indonesia masih jauh dari angka satu persen dari PDB.

Pemilihan presiden dan wakil presiden 2019 diikuti dua pasangan calon, yaitu nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno.

Pada 17 Maret 2019, akan diadakan debat putaran ketiga antara cawapres nomor urut 1 Ma'ruf Amin dan cawapres nomor urut 2 Sandiaga Uno.

Debat putaran ketiga ini mengangkat tema "Pendidikan, Ketenagakerjaan, Kesehatan, Sosial dan Budaya".

Baca juga: Kemenristekdikti kucurkan Rp1,52 triliun untuk riset
Baca juga: Pemerintah siapkan strategi peningkatan dana riset

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2019