Jakarta (ANTARA) - Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Faisal Basri mengingatkan pemerintah agar pembangunan infrastruktur di Indonesia tidak meniru China atau negara lainnya karena memiliki karakteristik yang berbeda dengan Tanah Air.

"Indonesia kalau mau bangun infrastruktur jangan tiru China. China punya kereta cepat, kita juga bangun kereta cepat. Jangan tiru Malaysia, Rusia. Kita ini negara maritim. Yang menyatukan 17 ribu pulau itu laut jadi laut harus jadi 'backbone' (tulang punggung)," katanya dalam diskusi politik pembangunan infrastruktur di Jakarta, Kamis.

Faisal menyebut sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, urat nadi logistik nasional seharusnya berbasis pada transportasi laut. Namun, hingga saat ini transportasi laut masih belum dioptimalkan dengan baik.

Dalam laporan World Economic Forum 2016, ranking Indonesia lebih rendah dari China, Malaysia, Singapura dan Thailand untuk kualitas infrastruktur pelabuhan. Indonesia juga berada di bawah rata-rata negara Asia Timur dan Pasifik dalam Logistic Performance Index 2016.

Capaian tersebut mengindikasikan Indonesia memiliki kualitas layanan maritim yang rendah. Biaya logistik di Indonesia pun masih tinggi dibandingkan negara-negara lain.

"Jadi kalau bisnis di Indonesia habis di ongkos. Jadi barang sampai tujuan kalah kompetitif dari negara lain, dengan Vietnam, Thailand, China, Malaysia, Filipina," katanya.

Oleh karena itu, Faisal mengajak pemangku kepentingan untuk fokus pada pembangunan maritim, khususnya laut. Dengan fokus pada pembangunan maritim, maka anggaran pemerintah bisa dialokasikan bagi pemberdayaan masyarakat.

"Tol laut itu cara berpikir darat yang dipakai di laut. Di laut itu, semua jalan tol! Jalan tol tidak perlu semen, aspal, pembebasan lahan. Ayo bangun infrastruktur, kita dayagunakan seluruh potensi yang ada supaya dana pemerintah bisa konsen untuk pemberdayaan masyarakat terutama untuk masyarakat 40 persen terbawah," tuturnya.

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019