Jakarta (ANTARA) - Pedagang bunga tabur di sejumlah Tempat Pemakaman Umum (TPU) Jakarta saat hari pertama Lebaran meraup omset jutaan rupiah.

"Alhamdulillah, pada hari pertama Lebaran penjualan bunga tabur meningkat drastis dibandingkan hari-hari biasa. Saya sudah buka dari jam 07.00 pagi tadi. Omset saya dari pagi sampai sore ini sudah dapat lebih dari Rp2 juta," ujar Tafin, salah satu pedagang bunga tabur di TPU Karet Bivak di Jakarta, Rabu.

Tafin mengaku peningkatan penjualan bunga tabur tidak hanya terjadi pada saat Lebaran melainkan menjelang Puasa.

"Jadi peningkatan terjadi menjelang Puasa dan pada saat hari Lebaran. Pada momen-momen tersebut banyak warga yang datang untuk berziarah," kata warga yang tinggal Palmerah itu.

Tafin bersama istrinya menjual bunga tabur, melati, sedap malam, air mawar dan mawar.

"Air mawar dua botol harganya Rp15.000. Bunga tabur Rp15.000 dua kantong plastik kecil. Melati Rp35.000 sampai Rp40.000 satu kantong plastik. Sedap malam Rp20.000 per tangkai. Bunga mawar Rp15.000 2 tangkai," kata dia.

Selama hari pertama Lebaran, lanjut dia, bunga tabur dan melati yang paling banyak dibeli oleh peziarah.

Ia mengaku bersyukur dengan ramainya peziarah yang memadati TPU yang terletak di Jalan KH Mas Mansyur itu.

"Ramainya peziarah membuat dagangan saya laris manis. Keuntungan yang saya peroleh lumayan besar dan bisa ditabung serta untuk kebutuhan keluarga dan sekolah anak," ujar dia.

Hal senada juga diungkapkan Siti, salah satu pedagang bunga di TPU Tanah Kusir.

Siti mengungkapkan omzet penjualan saat Lebaran meningkat tajam dibandingkan hari-hari biasa.

"Kalau hari-hari biasa paling hanya mengantongi Rp500 ribu, sedangkan sekarang, pas Lebaran saya bisa dapat Rp1,5 juta," ujar warga Kebayoran Lama itu.

Ia mengungkapkan harga bunga yang dijual bervariasi. Bunga tabur Rp8.000 tiap satu kantong plastik kecil. Air mawar Rp8.000 tiap satu botol.

"Melati Rp35.000 satu kantong plastik. Sedap malam Rp20.000 per tangkai. Bunga mawar Rp8.000 satu tangkai," ujar Siti.

Pewarta: Azis Kurmala
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019