Penerima manfaat terbesar dari perkembangan ekonomi digital adalah dunia usaha terutama UMKM, dan tentunya konsumen
Jakarta (ANTARA) - Lembaga riset Centre for Strategic and International Studies (CSIS) menyebut teknologi digital dapat menjadi landasan pembangunan ekonomi inklusif di Indonesia.

"Penerima manfaat terbesar dari perkembangan ekonomi digital adalah dunia usaha terutama UMKM, dan tentunya konsumen. Sehingga bisa mendorong upaya pemerintah dalam menciptakan ekonomi inklusif," ujar Kepala Departemen Ekonomi CSIS Yose Rizal dalam diskusi di Jakarta, Selasa.

Keberadaan berbagai platform digital mulai dari penyediaan jasa hingga barang, telah berhasil menyerap lapangan kerja baru serta kesetaraan dan ketercakupan ekonomi bagi seluruh lapisan masyarakat.

Pernyataan CSIS itu merunut pada penelitian yang dilakukannya terhadap layanan aplikasi Grab. Kehadiran Grab telah memberi kontribusi sebesar Rp48,9 triliun terhadap perekonomian Indonesia.

Angka tersebut diperoleh dari pendapatan para pengemudi GrabBike, GrabCar, mitra GrabFood, dan agen Kudo (khusus dagang online).

Riset itu dilakukan oleh CSIS dalam rentang 7 hingga 27 Mei 2018 dan 2 Juli hingga 12 Agustus 2018 yang terdiri atas dataset 215 juta observasi GrabBike dan 642 juta observasi Grabcar.

"Penghitungan surplus konsumen dengan menggunakan analisis big data ini pertama kali dilakukan di Asia Tenggara," kata dia.

Dari penelitian itu juga terungkap Grab menawarkan peluang pendapatan pada sekitar 300.000 pengemudi dan 40.000 agen Kudo yang sebelumnya menganggur.

"Diperkirakan input ekonomi Grab mencapai Rp16,4 triliun pada 2018," kata dia.

Kehadiran layanan jasa antar-jemput ini juga memberikan manfaat yakni surplus konsumen. Artinya konsumen mendapat keuntungan saat membeli barang atau jasa pada harga yang lebih rendah dari jumlah harga maksimal yang sebenarnya harus mereka bayar.

"Manfaat yang dihasilkan oleh perusahaan teknologi ini jauh lebih besar dari yang kita sangka, baik untuk konsumen maupun mitra," kata dia.

Dari hasil penelitian terhadap satu layanan aplikasi itu, maka potensi menciptakan pertumbuhan ekonomi inklusif di Indonesia akan tercapai. Terlebih belum dilakukan penelitian sejenis terhadap kehadiran perusahaan teknologi di Indonesia lainnya.

"Juga didorong oleh formulasi kebijakan terkait ekonomi digital seharusnya mempertimbangkan kesejahteraan seluruh pihak agar manfaatnya bisa dirasakan secara optimal," kata dia.

Baca juga: BI : inklusi keuangan dorong penguatan sistem finansial
Baca juga: Fintech bisa kejar target finansial inklusi 75 persen

Baca juga: Institut Teknologi Del - Grab tingkatkan teknologi informasi
 

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2019