Jakarta (ANTARA News) - Menteri Negara Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Aburizal Bakrie mendukung kebijakan Indonesia untuk melakukan ekspor beras jika stok dalam negeri mengalami kelebihan. "Saya setuju ekspor beras. Kalau memang sudah cukup (di dalam negeri) mengapa tidak dilakukan (ekspor)," katanya ketika memberikan sambutan pada Rapat Koordinasi Pangan Nasional yang diselenggarakan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) di Jakarta, Sabtu. Meskipun demikian, menurut mantan Ketua Umum Kadin tersebut, ekspor beras hanya boleh dilakukan oleh Perum Bulog untuk tetap menjaga ketersediaan dalam negeri. Ia mengatakan, walaupun ekspor beras bisa dilakukan namun jangan sampai merugikan petani. Sehingga jika nantinya Bulog diberikan kewenangan mengekspor beras, harus tetap membeli beras petani. "Bulog bisa membeli beras petani dengan harga Rp4000 kemudian mengekspornya dengan harga Rp6000-Rp7000 per kilogram," katanya. Menyusul terjadinya kenaikan harga beras di pasar internasional akhir-akhir ini telah memunculkan wacana agar Indonesia melakukan ekspor beras. Sebelumnya Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengatakan, pemerintah kini tengah merumuskan aturan ekspor beberapa komoditi pangan, termasuk ekspor untuk beras dan itu hanya Bulog yang berhak melakukan. Dalam aturan ekspor yang tengah dirumuskan itu, kata Mari usai rapat terbatas soal pangan yang dipimpin Wakil Presiden Jusuf Kalla, Jumat (28/3), antara lain ditetapkan beras kualitas tertentu hanya boleh diekspor jika disertai ijin Departemen Perdagangan dan Departemen Pertanian. Sementara itu Dirut Perum Bulog Mustafa Abubakar mengatakan, meskipun pihaknya akan diberikan kewenangan mengekspor beras namun tetap akan mengutamakan pengadaan dalam negeri. Saat ini Bulog sedang melakukan optimalisasi pengadaan beras dalam negeri yang diharapkan mencapai 3 juta ton diantaranya 2,8 juta ton untuk Raskin. Kebutuhan Raskin tiap bulan mencapai 300 ribu ton. Selain untuk raskin pengadaan beras dalam negeri tersebut juga dimanfaatkan untuk cadangan beras pemerintah (CBP) yang tahun ini diharapkan mampu mencapai satu juta ton. (*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008