Dhaka, Bangladesh (ANTARA) - Banjir di Bangladesh telah membuat 7,6 juta orang terancam, kata Federasi Internasional Palang Merah dan Masyarakat Bulan Sabit Merah (IFRC) pada Rabu (31/7), sementara pejabat menyebutkan jumlah korban tewas 119.

Ratusan ribu orang terdampar di banyak bagian utara dan timur-laut negeri tersebut sementara lebih dari 600.000 rumah sejauh ini telah rusak.

Rakyat juga dipaksa tinggal dalam kondisi tidak bersih dan kekurangan air minum dan tempat berlindung yang layak, sehingga menimbulkan kekhawatiran wabah penyakit yang tersebar luas, kata Kantor berita Turki Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis malam. Masyarakat juga melaporkan kekurangan akibat banji saat lebih dari 160.000 hektare lahan pertanian telah rusak, kata IFRC.

"Ketika saya berada di Kabupaten Bogura pekan ini, keluarga yang kehilangan rumah dan sekarang memasang tenda di pinggir jalan memberitahu saya mereka sangat memerlukan makanan, air dan perawatan kesehatan. Yang lain mengatakan panen dua kali dalam setahun. Dengan kehilangan satu, mereka khawatir mengenai pemberian makan keluarga mereka dalam beberapa bulan ke depan. Banjir lain diperkirakan, sehingga situasi mengerikan," kata Azmat Ulla, Kepala Kantor IFRC di Bangladesh.

IFRC telah mengeluarkan seruan darurat buat hampir tujuh juta frncs Swiss ( tujuh juta dolar AS) untuk mendukung Masyarakat Bulan Sabit Bangladesh untuk menjangkau 150.000 orang yang terpengaruh oleh banjir.

Menurut laporan paling akhir dari Direktorat Jenderal Layanan Kesehatan (DGHS), banjir sejauh ini telah merenggut 119 nyawa.

Bangladesh menyaksikan situasi yang jauh lebih buruk pada 2017, ketika 42 persen dari seluruh lahan tenggelam di bawah air, sehingga menimbulkan penderitaan buat jutaan orang.

Sumber: Anadolu
Baca juga: Banjir tewaskan lebih dari 160 warga Asia selatan
Baca juga: Tentara dikerahkan saat banjir rendam sepertiga wilayah Bangladesh

Penerjemah: Chaidar Abdullah
Editor: Maria D Andriana
Copyright © ANTARA 2019