Jakarta (ANTARA News) - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PB NU) mendesak pemerintah menindak tegas pelaku penembakan yang menewaskan delapan anggota TNI AD di Papua. Dua hari terakhir, terjadi tiga penyerangan bersenjata atas personel dan arsenal TNI di Papua.

"Siapapun pelakunya, kelompok separatis atau yang lain dengan tujuan tertentu, (penembakan) ini adalah kriminal. Pelakunya harus segera ditangkap dan dihukum seberat-beratnya," kata Ketua Umum PB NU, Kiai Haji Said Aqil Siroj, di Jakarta, Jumat.

Dia mengatakan, kasus penembakan terhadap anggota TNI AD di Papua, Kamis (21/2), menambah panjang daftar kekerasan di provinsi itu. Dan, dia berharap daftar kekerasan itu tidak bertambah semakin panjang sesudahnya.

Di sisi lain, dia menyatakan, "Jangan sampai dengan alasan mengejar pelaku penembakan akibatnya justru menimbulkan trauma masyarakat sipil yang bukan tidak mungkin justru akan menimbulkan rasa benci dan benih-benih kekerasan selanjutnya."

Kepada keluarga korban penembakan, dia menyatakan turut berdukacita dan berbelasungkawa.

"Atas nama pribadi dan seluruh nahdiyin, kami ikut berdukacita. Semoga Allah mengampuni dosa seluruh korban, dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan," katanya.

Sebanyak delapan anggota TNI tewas tertembak dalam dua peristiwa penyerangan di lokasi berbeda yang dilakukan kelompok tidak dikenal. Satu helikopter NAS-332 Super Puma TNI AU untuk mengevakuasi tujuh personel TNI AD di Distrik Sinak, juga ditembaki. 

Peristiwa penyerangan pertama terjadi di Pos Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan Indonesia-PNG Markas Besar TNI, di Tingginambut, Kabupaten Puncak Jaya, yang menewaskan Prajurit Satu Wahyu Prabowo.

Sedangkan penyerangan kedua pada hari sama terjadi di Kampung Tangulinik, Distrik Sinak, Kabupaten Puncak, menewaskan tujuh personel kewilayahan TNI AD, yaitu Sersan Satu Ramadhan, Prajurit Satu Edi, Prajurit Kepala Jojo Wiharja, Prajurit Satu Mustofa, Prajutir Kepala Wempi, Sersan Satu Udin, dan Sersan Satu Frans.

(S024/D007)

Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2024