Sentani (ANTARA News) - Kondisi ketahanan pangan di Kabupaten Jayapura, Papua, saat ini berada pada level cukup tahan pangan, kata Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BKP5K) Kabupaten Jayapura Henderina Lauterboom.
"Kabupaten Jayapura merupakan satu-satunya kabupaten cukup tahan pangan di Provinsi Papua," katanya kepada Antara di Sentani, Kamis..
Henderina menjelaskan untuk menjaga status cukup tahan pangan ini, pihaknya terus berkoordinasi dengan dinas-dinas terkait seperti pertanian, perikanan, kehutanan, perindustrian, perdagangan dan koperasi serta perhubungan.
"Salah satunya yang sedang kami kejar adalah permasalahan panganan lokal yang dikelola oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop), dimana diharapkan panganan lokal ini dapat kembali disosialisasikan kepada masyarakat," ujarnya.
Ia menuturkan sosialisasi panganan lokal ini sesuai dengan visi dan misi Bupati Kabupaten Jayapura Mathius Awoitauw mengenai kearifan lokal yang harus kembali diangkat ke permukaan.
"Di Kabupaten Jayapura sudah ada Instruksi Bupati Kabupaten Jayapura Nomor 1 Tahun 2011 mengenai gerakan sehari tanpa konsumsi nasi atau beras," urainya.
Menurutnya, kini panganan lokal menjadi salah satu makanan mewah dan mahal di tengah-tengah masyarakat. Pasalnya, masyarakat merasa lebih terbiasa memasak nasi, sehingga kurang terbiasa dengan panganan lokal.
"Panganan lokal ini berupa ubi-ubian dan lain sebagainya yang mana masih sulit untuk dipasarkan oleh masyarakat," tukasnya.
Ia menambahkan sulitnya pendistribusian panganan lokal yang ditanam masyarakat menjadi salah satu faktor lain yang menyebabkan masyarakat tidak terbiasa dengan panganan lokal.
"Untuk itu, saat ini tengah berupaya untuk mensosialisasikan kembali panganan lokal ini, dimana selain untuk menambah pendapatan masyarakat, juga mempertahankan kearifan lokal," pungkasnya.
"Kabupaten Jayapura merupakan satu-satunya kabupaten cukup tahan pangan di Provinsi Papua," katanya kepada Antara di Sentani, Kamis..
Henderina menjelaskan untuk menjaga status cukup tahan pangan ini, pihaknya terus berkoordinasi dengan dinas-dinas terkait seperti pertanian, perikanan, kehutanan, perindustrian, perdagangan dan koperasi serta perhubungan.
"Salah satunya yang sedang kami kejar adalah permasalahan panganan lokal yang dikelola oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop), dimana diharapkan panganan lokal ini dapat kembali disosialisasikan kepada masyarakat," ujarnya.
Ia menuturkan sosialisasi panganan lokal ini sesuai dengan visi dan misi Bupati Kabupaten Jayapura Mathius Awoitauw mengenai kearifan lokal yang harus kembali diangkat ke permukaan.
"Di Kabupaten Jayapura sudah ada Instruksi Bupati Kabupaten Jayapura Nomor 1 Tahun 2011 mengenai gerakan sehari tanpa konsumsi nasi atau beras," urainya.
Menurutnya, kini panganan lokal menjadi salah satu makanan mewah dan mahal di tengah-tengah masyarakat. Pasalnya, masyarakat merasa lebih terbiasa memasak nasi, sehingga kurang terbiasa dengan panganan lokal.
"Panganan lokal ini berupa ubi-ubian dan lain sebagainya yang mana masih sulit untuk dipasarkan oleh masyarakat," tukasnya.
Ia menambahkan sulitnya pendistribusian panganan lokal yang ditanam masyarakat menjadi salah satu faktor lain yang menyebabkan masyarakat tidak terbiasa dengan panganan lokal.
"Untuk itu, saat ini tengah berupaya untuk mensosialisasikan kembali panganan lokal ini, dimana selain untuk menambah pendapatan masyarakat, juga mempertahankan kearifan lokal," pungkasnya.