Jayapura (Antara Papua) - Warga yang berdomisili di Kampung Tarfia, Distrik Demta, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua, meminta Pemerintah Kabupaten Jayapura memperhatikan pembangunan jalan ke kampung itu.
"Kapan pemerintah hapus orang Tarfia punya air mata karena jalan ke kampung kami yang rusak parah, untuk itu kami minta Pemerintah Kabupaten Jayapura perhatikan jalan ke kampung ini," kata sekretaris badan musyawarah kampung (Bamuskam) Tarfia, Agustinus Pitowin di Tarfia, Sabtu.
Agustinus mengatakan, jalan menuju Tarfia seperti kolam sehingga kendaraan roda dua maupun roda empat yang hendak masuk ke Tarfia mengalami kesulitan.
"Akses jalan yang rusak parah sehingga transportasi (kendaraan) jarang masuk ke Tarfia," ujarnya.
Jalan yang rusak parah itu membuat setiap kendaraan yang masuk ke Tarfia seperti melewati gelombang laut. Kebanyakan masyarakat Tarfia memilih turun di Kampung Ambora lalu menggunakan perahu jonson menyebrang laut ke Tarfia.
"Kalau mobil masuk, langsung bemper mobil tenggelam dikolam jalan, mobil tidak bisa jalan," ujarnya.
Kampung Ambora adalah salah satu kampung di di Distrik Demta, Kabupaten Jayapura. Kampung berseblahan dengan Demta, dapat ditempuh dengan jalan kaki atau menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat, jaraknya sekitar 4 kilo.
Agustinus mengatakan, keluhan akan jalan itu sudah berulang kali dibahas dalam setiap Musrenbang yang dilakukan baik ditingkat kampung, distrik hingga ditingakat kabupaten namun sampai saat ini tak ada jawaban.
"Kami sudah usulkan rusaknya jalan ini dari 2009, tetapi sampai sekarang tidak ada pembangunan jalan," ujarnya.
Selain jalan, kata dia, warga Tarfia juga meminta memperhatikan pembangunan jembatan yang dibangun dengan kontruksi kayu sehingga tidak tahan lama dan cepat rusak.
"Karena konstruksinya terbuat dari kayu jadi tidak tahan dalam jangka waktu lama, jembatan rusak," ujarnya.
Masyarakat menginginkan jembatan beton agar bertahan dalam jangka waktu lama, tidak mudah rusak.
"Sudah dua kali pemerintah berencana kembali membangun jembatan itu dengan kayu, tetapi masyarakat protes," katanya.
Dari protes yang disampaikan, tambah dia, Pemerintah menyalahkan masyarakat dan menilai mereka (masyarakat-red) tidak mau menerima pembangunan.
"Kalau bisa ada aspal jalan, kemudian ada cor jembatan supaya tahan lama dan tidak lagi menjadi keluhan panjang dari masyarakat," ujarnya. (*)
"Kapan pemerintah hapus orang Tarfia punya air mata karena jalan ke kampung kami yang rusak parah, untuk itu kami minta Pemerintah Kabupaten Jayapura perhatikan jalan ke kampung ini," kata sekretaris badan musyawarah kampung (Bamuskam) Tarfia, Agustinus Pitowin di Tarfia, Sabtu.
Agustinus mengatakan, jalan menuju Tarfia seperti kolam sehingga kendaraan roda dua maupun roda empat yang hendak masuk ke Tarfia mengalami kesulitan.
"Akses jalan yang rusak parah sehingga transportasi (kendaraan) jarang masuk ke Tarfia," ujarnya.
Jalan yang rusak parah itu membuat setiap kendaraan yang masuk ke Tarfia seperti melewati gelombang laut. Kebanyakan masyarakat Tarfia memilih turun di Kampung Ambora lalu menggunakan perahu jonson menyebrang laut ke Tarfia.
"Kalau mobil masuk, langsung bemper mobil tenggelam dikolam jalan, mobil tidak bisa jalan," ujarnya.
Kampung Ambora adalah salah satu kampung di di Distrik Demta, Kabupaten Jayapura. Kampung berseblahan dengan Demta, dapat ditempuh dengan jalan kaki atau menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat, jaraknya sekitar 4 kilo.
Agustinus mengatakan, keluhan akan jalan itu sudah berulang kali dibahas dalam setiap Musrenbang yang dilakukan baik ditingkat kampung, distrik hingga ditingakat kabupaten namun sampai saat ini tak ada jawaban.
"Kami sudah usulkan rusaknya jalan ini dari 2009, tetapi sampai sekarang tidak ada pembangunan jalan," ujarnya.
Selain jalan, kata dia, warga Tarfia juga meminta memperhatikan pembangunan jembatan yang dibangun dengan kontruksi kayu sehingga tidak tahan lama dan cepat rusak.
"Karena konstruksinya terbuat dari kayu jadi tidak tahan dalam jangka waktu lama, jembatan rusak," ujarnya.
Masyarakat menginginkan jembatan beton agar bertahan dalam jangka waktu lama, tidak mudah rusak.
"Sudah dua kali pemerintah berencana kembali membangun jembatan itu dengan kayu, tetapi masyarakat protes," katanya.
Dari protes yang disampaikan, tambah dia, Pemerintah menyalahkan masyarakat dan menilai mereka (masyarakat-red) tidak mau menerima pembangunan.
"Kalau bisa ada aspal jalan, kemudian ada cor jembatan supaya tahan lama dan tidak lagi menjadi keluhan panjang dari masyarakat," ujarnya. (*)