Jayapura (Antara Papua) - General Manager Pelabuhan Indonesia IV Cabang Jayapura Jusuf Junus mengatakan, Pelabuhan Jayapura berpotensi menjadi terminal peti kemas "world class" jika tersedia lahan yang memadai untuk pengembangannya.
"Tentunya hal itu perlu didukung dengan kebijakan pemerintah daerah yang baik. Karena untuk luas suatu kawasan pelabuhan itu minimal 50 hektar, ini agar 50 tahun hingga 100 tahun kedepan Pelabuhan Jayapura atau Port Numbay bisa menjadi `world class`," katanya di Kota Jayapura, Papua, Rabu.
Menurut dia, pandangan jauh kedepan perlu dilakukan dari sekarang ini sehingga penataan kawasan pelabuhan nantinya tidak tumpang tindih dengan kebijakan pembangunan lainya.
Lahan seluas 50 hektar itu akan diperuntukkan berbagai kepentingan dalam kawasan pelabuhan diantaranya untuk tempat bongkar muat barang, tempat penumpukkan barang, gudang, terminal, kantor dan lainnya.
"Sementara untuk kawasan pendukung pelabuhan sebagai suatu kawasan industri itu paling tidak ada ketersediaan lahan seluas 1.000 hektar," katanya
Lahan seluas itu, kata Junus, sangat cocok untuk kawasan industri yang berguna memperpendek jarak pendistribusian barang dari pelabuhan.
"Oh tentunya ini semua harus dibicarakan secara baik, Pelindo dan pemerintah daerah yang melibatkan adat harus duduk bersama bicarakan hal ini, karena ada sejumlah hal yang harus diatur secara matang," katanya.
Menurut dia, hal yang pertama harus dilakukan untuk mewujudkan itu adalah ketersediaan lahan, analisa dampak lingkungan, penyertaan modal pemerintah daerah dan hal lainya.
"Kalau ini semua sudah dilalui dengan baik, tentunya Pelabuhan Jayapura atau Port Numbay menuju ke pelabuhan World Class bagi wilayah dikawasan Pasifik dapat terwujud," katanya.
Di Kalimantan Timur, Pelabuhan Kariangau, lanjut Junus, pemerintah provinsi setempat telah lakukan itu, bekerja sama dengan Pelindo untuk mengelola kawasan pelabuhan yang luasnya ratusan hektar dengan total secara keselurah mencapai 2.000 hektar.
"Ada contoh di Kalimantan Timur, di Pelabuhan Kariangau, itu antara Pemprov Kaltim kerjasama dengan Pelindo. Kita harapkan ada kerjasama, sinergi karena inikan menjadi ikon juga, kita bisa bayangkan juga Pelabuhan Jayapura atau Port Numbay bisa sama dengan pelabuhan Hanouver, Jerman?" katanya.
"Wong kita sudah punya peralatannya tinggal dikembangkan juga bahwa semua konsilidasi barang yang berhubungan dengan tol laut itu akan datang langsung ke pelabuhan Papua, disini untuk membongkar barang baik ekspor maupun impor nanti. Sekarang saja sudah cukup padat arus bongkar muat barang," lanjutnya.
Pelabuhan Jayapura hingga kini memiliki luas lima hektar yang didalamnya sudah termasuk dengan bangunan terminalnya, tiap tahun arus bongkar muat barang bisa mencapai 100 ribu Teus atau setiap bulannya bisa 8.000 - 9.000 Teus atau box, sementara Pelabuhan Sorong, Papua Barat hanya 3.000 Teus atau box/bulan.
"Secara keseluruhan di Papua arus bongkar muat barang itu bisa mencapai 500 ribu Teus. Untuk Pelabuhan Jayapura kami memprediksikan pada 2016 atau 2018 bisa terjadi stagnan jika tidak diperluas, untuk itu kami dalam jangka pendek akan membangun dermaga yang baru yang lebih representatif," katanya. (*)
"Tentunya hal itu perlu didukung dengan kebijakan pemerintah daerah yang baik. Karena untuk luas suatu kawasan pelabuhan itu minimal 50 hektar, ini agar 50 tahun hingga 100 tahun kedepan Pelabuhan Jayapura atau Port Numbay bisa menjadi `world class`," katanya di Kota Jayapura, Papua, Rabu.
Menurut dia, pandangan jauh kedepan perlu dilakukan dari sekarang ini sehingga penataan kawasan pelabuhan nantinya tidak tumpang tindih dengan kebijakan pembangunan lainya.
Lahan seluas 50 hektar itu akan diperuntukkan berbagai kepentingan dalam kawasan pelabuhan diantaranya untuk tempat bongkar muat barang, tempat penumpukkan barang, gudang, terminal, kantor dan lainnya.
"Sementara untuk kawasan pendukung pelabuhan sebagai suatu kawasan industri itu paling tidak ada ketersediaan lahan seluas 1.000 hektar," katanya
Lahan seluas itu, kata Junus, sangat cocok untuk kawasan industri yang berguna memperpendek jarak pendistribusian barang dari pelabuhan.
"Oh tentunya ini semua harus dibicarakan secara baik, Pelindo dan pemerintah daerah yang melibatkan adat harus duduk bersama bicarakan hal ini, karena ada sejumlah hal yang harus diatur secara matang," katanya.
Menurut dia, hal yang pertama harus dilakukan untuk mewujudkan itu adalah ketersediaan lahan, analisa dampak lingkungan, penyertaan modal pemerintah daerah dan hal lainya.
"Kalau ini semua sudah dilalui dengan baik, tentunya Pelabuhan Jayapura atau Port Numbay menuju ke pelabuhan World Class bagi wilayah dikawasan Pasifik dapat terwujud," katanya.
Di Kalimantan Timur, Pelabuhan Kariangau, lanjut Junus, pemerintah provinsi setempat telah lakukan itu, bekerja sama dengan Pelindo untuk mengelola kawasan pelabuhan yang luasnya ratusan hektar dengan total secara keselurah mencapai 2.000 hektar.
"Ada contoh di Kalimantan Timur, di Pelabuhan Kariangau, itu antara Pemprov Kaltim kerjasama dengan Pelindo. Kita harapkan ada kerjasama, sinergi karena inikan menjadi ikon juga, kita bisa bayangkan juga Pelabuhan Jayapura atau Port Numbay bisa sama dengan pelabuhan Hanouver, Jerman?" katanya.
"Wong kita sudah punya peralatannya tinggal dikembangkan juga bahwa semua konsilidasi barang yang berhubungan dengan tol laut itu akan datang langsung ke pelabuhan Papua, disini untuk membongkar barang baik ekspor maupun impor nanti. Sekarang saja sudah cukup padat arus bongkar muat barang," lanjutnya.
Pelabuhan Jayapura hingga kini memiliki luas lima hektar yang didalamnya sudah termasuk dengan bangunan terminalnya, tiap tahun arus bongkar muat barang bisa mencapai 100 ribu Teus atau setiap bulannya bisa 8.000 - 9.000 Teus atau box, sementara Pelabuhan Sorong, Papua Barat hanya 3.000 Teus atau box/bulan.
"Secara keseluruhan di Papua arus bongkar muat barang itu bisa mencapai 500 ribu Teus. Untuk Pelabuhan Jayapura kami memprediksikan pada 2016 atau 2018 bisa terjadi stagnan jika tidak diperluas, untuk itu kami dalam jangka pendek akan membangun dermaga yang baru yang lebih representatif," katanya. (*)